Sabtu, 22 November 2014

SEMUA TENTANG KITA

Namaku natasya, aku pernah mencintai seseorang dengan tulus. Tapi, semua ketulusan cintaku padanya berakhir sia-sia. “Natasya, jangan sedih terus dong. Senyuum.” kata sahabatku dewi sambil mencari tisu di meja rias kamarku “gue gak bisa dew, gue ga terima dia ninggalin gue, pergi gitu aja tanpa pamit.” Arya adalah seorang cowok yang sangat aku sayangi, dia pergi meninggalkanku tanpa alasan. Akupun baru tau kepergiannya setelah sehari dia pergi. Dia juga tak pernah mengabariku kenapa ia pergi. Yang ku tau, Arya harus meninggalkan sekolah lamanya bersamaku karna dia di tuntut kedua orang tuanya untuk tinggal di pesantren , tepatnya di daerah lampung. Akupun terpukul mendengarnya. “sya, lo gak bisa terus-terusan mikirin arya kaya gini. Dia itu gamau bilang kepergiannya karna dia gamau liat lo sedih. Coba kalo dia tau lo sedih kaya gini. Gimana sya.” “tapi gue kecewa banget wi, lo ga ngerti perasaan gue.” Sehari sebelum arya pergi, teman-teman sekelasku sebenarnya sudah tau akan kabar bahwa arya akan pindah dari sekolah. Tapi arya melarang mereka semua untuk memberitahuku dan merahasiakan semuanya. Ini juga karena arya gak ingin buat aku bersedih. Tapi justru malah sebaliknya . *** Seminggupun berlalu, aku masih belum bisa menerima semua ini. Disekolah rasanya sepi tak ada arya di sisiku yang biasanya setiap hari menyapaku, tertawa bersama. Arya juga tak pernah mengabariku dia menghilang begitu saja. Sampai sekarang aku belum bisa memaafkannya sebelum aku tau alasannya mengapa dia tak memberitahuku tentang kepergian dan kepindahannya ke lampung. Aku mencoba melupakannya tapi aku tak bisa, perasaan ini menyiksaku. Semakin aku mencoba melupakannya, semakin aku tak bisa menghapus kenangan Arya dari hatiku. “sya, maafin gue ya gue gak bilang sama lo . sebenernya gue udah tau Arya mau pindah dari sekolah, tapi Arya ngelarang gue buat bilang sama lo, katanya dia gak mau buat lo sedih. Lo pasti bisa dapetin yang lebih dari dia. Itu pesan arya buat lo.” Kata eza sahabatnya arya. Saat eza bilang semua itu kepadaku entah mengapa, hatiku gak bisa menerimanya. Aku menyayangi arya, hanya arya yang selalu ada di hatiku, dan dia yang terbaik untukku. Itu menurutku. “lo jahat za, kenapa lo gak bilang sama gue dan harusnya lo tuh ngerti.” “iya, maafin gue sya. Gue salah, tapi mau gimana lagi arya udah pergi dan asal lo tau sya. Dia sayang banget sama lo. Dia sebenernya gamau pindah, tapi karna desakan orang tuanya dia pindah ke pesantren.” “ gue kecewa za sama dia. Kenapa dia gak bilang dari awal?”kataku lemas Aku meninggalkan eza yang masih diam membisu diambang pintu kelasku. Aku gak mau mendengar semuanya lagi. Aku udah cukup kecewa dengan semua ini. andaikan waktu bisa berhenti berputar untuk saat ini, aku ingin kembali dan melihat arya untuk terakhir kali. *** Pagi hari di kelas, Seiring berjalannya waktu meskipun arya tak pernah mengabariku, dan mungkin dia sudah lupa denganku. Yaa, begitupun aku masih terus mencoba melupakannya. Hari-demi hari kujalani semuanya seperti normal dulu sebelum arya pindah dari sekolah ini. Aku hanya bisa mencoba untuk ikhlas dengan yang ku jalani sekarang. Andaikan ini semua mimpi, aku tak mau ini semua akan terjadi. Tetapi apa daya semuanya bukan mimpi, ini nyata. “sya...” panggil seseorang dari tempat duduk belakang dan ternyata itu eza , dia berjalan menghampiriku “apaan za?’’ kataku “sya, kemaren arya chat gue nanyain lo.” “terus?” “kok terus?” “iyaa, terus kenapa? Apa urusannya sama gue?” “adalah ” “apaan?” tanyaku sinis “dia masi nungguin lo.” “oh.” Jawabku singkat “dih ngeselin nih anak, emang lo gamau tau kabarnya dia?” “ah gatau gue, gue bingung sama dia , dia bilang sayang sama gue tapi apaan ninggalin gue gitu aja dan udah seminggu lebih gue gatau kabarnya.” “yaa lo tanya lah kabarnya gimana?” “ngapain ah za, gue cewek gengsi kali nanya ke cowo duluan.” Kataku agak jengkel “gue bingung ama lo berdua, lo sama arya sama-sama sayang, tapi gak ada yang mau mulai duluan. Gimana kalian mau jadian kalo sama-sama gengsi. Cinta, tapi munafik. ” “harusnya dialah, minta maaf enggak , kabarin gue juga enggak. Kalo gue disuruh milih untuk kenal sama dia atau gak, gue akan lebih milih enggak dari pada gue harus sakit hati kaya gini akhirnya...gue malah kecewa banget.” “yaaa, kemaren dia nanyain kabar lo, ya gue jawab lo sedih banget dia pindah.” “lo jujur amat si za, aaaah tau deh.” *** Hari terus berganti, meninggalkan semua kisah yang ada begitupun kisah ku dengan arya , aku bertekat untuk melupakannya. Aku udah cukup kecewa dengan semua ini. Setiap kali aku berdoa, mendoakannya untuk kembali bersama ku lagi seperti dulu tapi itu semua tak mungkin. Aku memang mencintai arya, tetapi tak pernah arya jujur akan rasa sayang dan cintanya kepadaku, selalu eza yang bilang kepadaku setiap kali arya curhat kepadanya. Aku bingung dengan semua ini, mencintai seseorang tanpa sebuah kepastian yang pasti. Tuhan..... jika memang dia yang terbaik untukku, jagalah dia disana tuhan... Jagalah hatinya untukku, dan jagalah hatiku untuknya... Aku disini hanya bisa mendoakannya, melihat nya dari kejauhan... Ini berat untuk ku jalani Tuhan... jauh dari seseorang yang aku sayangi..... Aku menyayangi dan mencintainya... tabahkan hatiku Tuhan... Tuhan .. hanya satu pintaku, jagalah iya saat aku jauh dari sisinya.... :’) Setiap malam setiap ada kesempatan aku berdoa dan menangis, akankah cintaku padanya akan kembali seperti dahulu menjalani hari-hari dengan penuh canda maupun tawa. Cinta ini membunuhku...kau adalah mimpi takkan pernah ku gapai. *** Sebentar lagi liburan semester tiba, 6 bulan sudah berlalu. Sebenarnya momen-momen itulah yang selama ini ku tunggu. Karna liburan sekolah Arya pasti pulang ke Jakarta dan ada kemungkinan kita akan bertemu lagi. Tetapi , mendengar kabar kalo Arya pasti akan pulang ke Jakarta hatiku biasa saja. Tidak ada getaran-getaran seperti dulu saat aku bersamanya, mungkin karena selama 6 bulan ini aku sudah terbiasa tanpanya, yaa meskipun awalannya aku sangat terpukul dan kecewa juga sedih. Tapi sekarang aku sudah mempunyai seseorang yang bisa menggantikan hati Arya di hatiku yaitu Aka sudah 6 bulan juga aku mengenalnya. Aka datang di kehidupanku ketika hatiku sedang hampa dan kosong tanpa arah. Dia menyembuhkan luka di hatiku, awalnya aku memang tak bisa melupakan Arya karna bagaimanapun juga Arya akan selalu tinggal di hatiku. Saat kepergian Arya, Aka lah yang selalu menemani hari sepiku selama 6 bulan aku mengenal Aka, bagiku dia adalah seorang cowok yang baik , pengertian, dan sabar. Sudah 3 kali Aka menyatakan perasaannya padaku , tetapi tak pernah ku jawab aku hanya bilang kepada aka kalo aku masih mengejar sesuatu. Aka pun mengerti, walaupun dia tak pernah tau aku masih menunggu seseorang , yaitu Arya. Dan Aka masih setia menunggu hatiku. Dan akupun janji akan menjawabnya, aku menerima cintanya atau tidak saat ulang tahun Aka nanti. *** Pagi di sekolah, “besok kita bagi rapot sya.” Kata dewi sahabatku “iya , gue takut nih jadinya masuk jurusan apa wi.” “udah yakin lo pasti IPA. “ “yaa mudah-mudahan aja kalo kita bisa satu kelas lagi, lo IPA dan gue juga.” “amiin.” “haaai semua.” Sapa eza sambil duduk di sebelahku “apaan si za, JB JB aje.” Kata ku “hahaha.... lagi ngomongin apaan si? Serius amat?” eza tertawa pelan “jurusan za...” kata dewi “oh gitu yaa... lo pasti mah IPA, kalo gue sih maunya IPS.” “yaa amin-amin mudah-mudahan kita masuk yaa.” Kataku “iyaa amin .” kata mereka berdua “eh sya, btw gimana perasaan lo sekarang sama Arya?”tanya eza kepadaku “yaaah, lo ngomongin Arya lagi.” Jawabku lemes “dia selau nanyain keadaan lo sama gue sya, ya gue jawab lo baik. Arya juga bilang kenapa dia gak nembak lo. Katanya dia , dia gamau nyakitin lo lagi emangnya lo mau pacaran jarak jauh sama Arya? Arya takut lo nolak dia, kalopun lo nerima dia, kasian elo nya arya gak pernah ada di samping lo . lo tau kan pesantren gimana? Dia pulang juga pas liburan.” “yaaa.. gue tau. Status menurut gue gak penting. Yang gue mau komitmen za. Kepastian. Dia sayang sama gue tapi dia gak pernah bilang ataupun jujur sama persaannya sama gue. Gimana gue mau percaya sama dia, bisa aja kan dia pacaran disana atau udah punya cewek pengganti gue? Gue yakin za. lagian 6 bulan udah berlalu. Gue mungkin bisa lupain dia, tapi gue gak akan bisa ngelupain semua kenangan tentang kita” “oh iya, liburan dia kesini sya. Dia pengen ketemu sama lo.” “gue gamau lah za, udah cukup yang dulu2 gue gamau nantinya keinget dia lagi. Sekarang gue udah punya yang lain, meskipun gue belum jadian sama dia. Tapi kita udah deket semenjak Arya ninggalin gue.” “siapa?” tanya eza “aka namanya za, dia ganteng putih jago main basket dan juga jago futsal.” Kata dewi yang menambah pembicaraan suasana menjadi semakin hangat “serius lo sya?” tanya eza tak percaya “iya, gue serius dan suatu saat kita pasti akan jadian.” Kataku padanya “jujur nih gue sya sama lo Arya disana banyak yang nembak dan banyak yang sukain. Lo mau tau semua cewek yang nembak dia banyak, terus dia tolak. Adapun anak SD nembak dia, dan katanya mirip sama lo.” “terus di terima?” kata dewi sahabat ku, yang duduk di sampingku sembari membaca novel “gue belom tau kabarnya. setau gue sih dia belum jawab mau nerima tu cewek apa enggak.” # Bel pun berbunyi *** Pagi hari, Hari ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu mama ku sudah bersiap-siap untuk mengambil rapotku. ketika sampai di sekolah , aku berpapasan dengan eza. eza tak melihatku mungkin dia gak sadar seseorang yang berpapasan dengannya itu aku. Setelah pembagian hasil rapot selesai ternyata alhamdullilah akhirnya aku masuk jurusan IPA, jurusan yang selama ini aku cari dan sudah aku rencanakan. “sya, tar abis bagi rapot main yuk.” Kata sari teman dekatku “okeey, siapa aja?” tanyaku “banyak lah. Pokoknya.” “okedeh.” “lo udah bagi rapot?” tanyanya “udah nih,” “wesss... ipa nih ye. Slamet yaa.” “lo emang belom?” tanyaku “belom, tar abis ini.” “oh okey, emng kita mau main apa?” “main UNO aja, hehe lo bawa uno?” “kagak sii, yaudah gue balik dulu yaa..tar samper gue aja.” *** Siang hari, “natasya, ayok berangkat main.. anak-anak udah pada ngumpul. Jangan lupa uno nya.” Aku naik motor di jemput oleh teman dekat ku sari. Setelah beberapa menit sampai di rumah sabi, akhirnya kita semua main UNO “sabi, si eza gak dateng?” “gatau sya, katanya mau pergi.” Sabi adalah teman deketku juga , karna rumahnya adalah basecame kami, tempat kami berkumpul dan bercanda bareng Tak lama sambil kita memainkan UNO , ada suara motor berhenti di rumah sabi. Ici temen ku keluar dan membuka pintu. Ku lihat dari arah jendela ternyata eza, tetapi disana ada seseorang lagi. Memakai helm dan sepertinya aku mengenalnya, Cuma dari jendela tidak terlalu kelihatan. Seseorang itu melepas helm nya dan ternyata... OMG ! batinku...... ternyata seseorang itu adalah... “sya, ada Arya tuh.” “hah ? serius lo sab?” “iya serius gue, tuh anaknya kesini kan.” Oh Tuhaan.... apa salahku, aku tak ingin bertemu dengannya. Tetapi sekarang kita malah di pertemukan. Apa ini takdirku Tuhan.. untuk bertemu dia lagi. Deg..... tiba-tiba saja terasa jantungku berhenti, getaran ini sudah lama tak kurasakan. Sangat berbeda sekali bila aku dekat dengan aka, tidak ada getaran seperti ini. ada apa ini?” batinku “sorry sya, dari awal kita semua sudah ngerencanain ini, untuk nemuin lo sama Arya.” Aku dan arya hanya tersenyum tipis. Tapi aneh sikapnya Arya, dia bener-bener berubah. Dia tak menyapaku. Bahkan menegurku itupun tidak. Apa yang terjadi Tuhan batinku. Apa dia sudah menemukan yang lain? Entahlah.... selama kita semua ngobrol, tetapi aku dan arya tidak juga saling tegur sapa, kenal.. tapi kaya ga kenal.. Arya seperti orang asing dalam hidupku. “sya, arya kalian berdua diem aja..” ledek mereka “ayodong kangen-kangenan apa kek gitu?” kata ici teman dekatku yang juga ikut meledek “tau lo ya, udah ada orangnya malah di cuekin. Giliran ga ada malah nyariin.”ledek eza “apaansih lo za, gajelas.” Jawabku sinis “yee lo berdua tuh cinta, tapi munafik. Sama-sama cinta tapi malu-malu gak ada yang mau mulai duluan. Gininih jadinya cuek-cuekan kalo ketemu.” Kenapa harus gue yang mulai duluan apa musti gue yang negur duluan? Siapa yang buat salah ? gue kah? Atau dia? Yang ninggalin gue siapa? Yang buat gue sedih siapa? Yang buat gue kecewa dan sakit hati siapa? Harusnya lo sadar Arya ! batinku meringis. “yaudah lah za, kalo mereka emang mau diem-dieman.” Kata sabi Aku hanya tersenyum ke arah mereka yang menatapku juga Arya. Setiap kali aku memergoki arya melirikku, dan aku juga meliriknya batinku nangis apa iya arya gak kangen sama aku, atau minta maaf? Tapi apa nyatanya... itu tidak sama sekali !! yang ku lihat dari sorotan matanya masih ada cinta dan rindu dihatinya. Akupun merasakan itu. Tatapannya, masih seperti dulu, dingin tetapi penuh arti dari sorotan matanya penuh keteduhan. Andai saja tatapan ini bisa membunuh, mungkin aku sudah terkapar olehnya. Akhirnya kita semua main UNO , mainan yang biasa kita mainin kalo gak ada mainan yang bisa dimainin . kita anak SMA tetapi masih main kartu UNO, yaa walaupun UNO buat semua umur. Eza pun membagikan kartu UNO nya. Dan kita semua main. Ternyata seiring berjalannya waktu, pertama sari keluar menang, disusul sabi, disusul eza, dan yang terakhir ici, yang salalu main UNO keringetan. Main UNO aja kok keringetan? Dan yang tersisa hanya aku dan aray. Permainan semakin menegang. Belom ada kepastian siapa yang menang aku ataupun aray. “ayodong menangin sya.” Teman-temanku menyemangatiku. Begitupun aray yang sibuk dengan kartu-kartunya . “udeh lo pasti menang deh ray.” Kata eza yang malah membela aray di banding aku “eh belom tentuu.” Kataku , daaaannnn..... “UNO ! “ aray mengucapkan kata itu bentar lagi dia menang karna kartunya tinggal satu 4+ ternyata.” aku pun kalah saat permainan itu. Tapi taapalah ini hanya sebuah permainan, akhirnya kita semua tertawa bersama. bahagia itu sederhana ... walaupun aku dan aray tak saling tegur sapa bahkan saat bermain aray tak juga menatapku. Tetapi dengan melihat aray tersenyum atas kemenangannya padaku. Aku sudah senang.” #Bahagiaitusederhana aku mungkin saja melupakanmu ketika kau pergi, dan jauh disana..tetapi cinta, perasaan kembali ada ketika kau datang waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. Karna hari sudah sore akhinya kita semua memutuskan untuk pulang. Pertemuan yang sangat singkat antara aku dan juga Aray. Sampai pulang kita berdua juga gak ngobrol dan saling cuek-cuekan. Yaa... itulah aray dingin dan sangat cuek *** Malam , Aku masih teringat pertemuan singkat tadi siang. Ini semua seperti mimpi ataukah aku bermimpi?? Sambil memeluk boneka dan tepar di atas kasur aku memutar kembali saat 6 bulan yang lalu , saat aray meninggalkanku, dan pergi begitu saja tanpa kabar. Dan sekarang dia ada disini menemuiku. Aku tak mengerti apa maksudnya dret.. dret... ponselku bergetar, tanda sms masuk dan ternyata itu dari Aka. “natasya.. malem.. apa kabar?” “hei, baik kok Aka.” “oh gitu syukur deh.” “besok bisakan dateng kerumah Aka sya?” Ya Tuhan.. aku lupa besok tanggal 26 adalah hari ulang tahunnya Aka. Untung saja aku sudah menyiapkan kado untuknya jauh-jauh hari. “okey, besok natasya dateng kok.” “mau aka jemput?” “okeh” diakhiri percakapan pendek itu di sms dan akupun tertidur *** Esok hari, Jam 10:00 aka sudah sampai di depan pager rumahku. Aku pun pergi kerumahnya di boncengin naik motor satria nya. Di perjalanan dan di pikiranku kosong, entah apa yang aku fikirkan dan akhirnya setelah beberapa menit di perjalanan kita pun sampai di perumahan blok A rumahnya Aka, disana sudah banyak temen-temennya yang berkumpul. Juga sahabat ku putri. “ka. Ini kado buat kamu.” “yaampun natasya, pake repot-repot.” “yaa.. gpp kkok.” Kado yang aku berikan untuk Aka adalah angsa-angsaan biru hasil karya ku sendiri, juga striminan yang bertulisan namanya dan hari ulang tahunnya “Heemm ikut aku bentar yuk,” tanganku di gandeng aka ke arah taman komplek dekat rumahnya. Aku tak mengerti apa maksudnya. Terlintas tiba-tiba di fikiranku. Aku lupa kalo aku berjanji akan menjawabnya iya atau tidak untuk menjadi pacarnya. “heem.. mau ngapain ya ka?” tanyaku terbata-bata aku masih tidak tau harus menjawab iya atau tidak untuk menerimanya. “adadeh.” Jawab aka Sesampainya di taman yang indah dan penuh bunga berwarna-warni disana terpampang bunga matahari yang menjulang tinggi juga pohon anggur di sekeliling taman. Di temani teman-teman aka juga putri sahabatku. Karna dialah aku bisa kenal dengan aka, setelah kepergian Arya 6 bulan yang lalu. Di tengah lapangan Aka melepaskan gandengannya. “natasya, bagaimana dengan jawaban kamu ?” “jawaban? Jawaban apa?” aku pura-pura tak ingat “jawaban, apa kamu nerima aku? Atau tidak.” Jleeeeeeebbbbb................ Ternyata Aka benar menagih janji itu. Aku tak tau kenapa bisa jadi begini. Awalnya aku memang sudah hampir bisa MOVE-ON dari arya, tapi apa? Arya datang kembali di kehidupanku. Menemuiku walaupun itu tidak sengaja bertemu. Tapi apa daya, Aka cowok yang selama ini 6 bulan aku gantungi perasaannya masa iya aku tolak. Cinta diantara dua hati itu tidak mungkin! Aku mencintai arya juga aka.. “natasya, kok diem?” tanya aka “hah? Iya...apa?” kataku terbata Temen-temen aka yang menonton dan menyaksikan itu mereka semua menyoraki kita berdua... terima...... terima....... aku bingung saat itu. “kamu nerima aku atau tidak natasya... aku sayang kamu.” Di raih nya tanganku Setelah beberapa menit aku berfikir, akhirnya “iya Aka, Aku terima.”entah apa yang ku fikirkan tak sengaja aku mengucapkan kata-kata itu, terlambat sudah...... Yeeeeyyyy jadiaaaaan sorak mereka tambah ramai. Orang-orang yang ada di area taman bingung karena saat itu teman-temannya aka berisik dan rame. Meskipun saat itu aku malu. Aku memutuskan untuk menerima aka karna aku juga suka sama dia , walaupun aku masih mengharapkan arya untuk menjadi kekasihku. Tapi itu semua tidak mungkin , arya hanyalah mimpi bagiku takkan pernah ku memilikinya. “makasih natasyaaaa..... ini boneka taddy bear buat kamu” “iya... makasih yaa aka.” Aku tak menyangka akhirnya aku jadian juga sama aka, bertepatan dengan ulang tahunnya. Dia memberiku boneka taddy bear berwarna warna pink, Teman-teman aka juga memberi memberi selamat ke kita berdua. Taman itu menjadi saksi cinta kita berdua. *** Kejadian kemarin telah berlalu. Kini aku sudah menjadi milik orang lain . aku mungkin bisa belajar untuk menyayangi aka, namun mungkin tak sepenuhnya karna aku masih mengharapkan cintanya arya entah sampai kapan. Baru sehari kami berdua jadian, berita itu sudah menyebar sampai ke kuping teman-temanku terutama arya. Arya sudah mengetahui kalo aku sudah jadian , arya pun syok mendengar kabar tersebut yang datangnya dari eza. Eza adalah sahabatku sekaligus sahabat dan teman curhatnya arya . jadi apapun yang terjadi denganku pasti eza tau, dan bakal lapor ke arya. Ponselku tiba-tiba berdering , ternyata ada tlp dari ici sahabatku. “halo?” sapanya “iya ci, tumben tlp ada apa?” tanyaku “gpp, Cuma mau mastiin aja.” “apa?” “lo beneran jadian sama aka? Cowok yang sering lo ceritain itu ke gue?.” “iya ci.” “selamet ya sayang.” “eh iya makasih.” “oh iya, arya udah tau lo jadian?” “udah, sepertinya dari eza.” “iya, gue juga tau dari si eza . Kirain itu boongan ternyata beneran.” “iya, itu semua bener. Gue jadian kemaren tanggal 26 pas ulang tahunnya ci.” “hmmm... lo udah tau kalo arya nyusul jadian setelah lo jadian sama aka?” “apa..?” Aku tersentak kaget . tak sengaja ponselku ku banting ke arah tempat tidur, dan untungnya tidak ke lantai, ku ambil lagi dan kudengarkan apa yang sebenarnya terjadi. “halo sya?” “ya maaf, tadi hp gue jatoh. Gue kaget abisnya.” Jantungku tiba-tiba saja terasa sesak dan sakit entah kenapa , aku tak mengerti “jadi gini, hari ini arya jadian sya” Deeeg......serangan itu kembali ada “gak, gue gak tau? Emang dia hari ini jadian? Sama siapa? “sama anak sana yang katanya mirip sama lo, namanya evina.” “evina? Semoga dia bahagia.” Ku akhiri percakapan itu , walau singkat tapi menyakitkan bagiku. sungguh aku tak percaya, dan hari ini tanggal 27, ternyata hari ini jugalah arya jadian sama pacarnya evina. Aku tak mengerti apa maksudnya aray dengan semua ini. Ataukah evina yang katanya mirip denganku itu Cuma sebagai pelampiasannya saja?ataukah arya bener-benar menyayanginya? Entahlah. Kini semuanya tlah berakhir, meskipun aku tak mengerti jalan fikirannya arya. Tetapi aku yakin, dihati kecilnya arya meskipun sedikit saja, dia masih menyisihkan tempat untukku dihatinya dan menyimpan namaku dihati kecilnya.. begitupun aku, meskipun aku sudah mempunyai seorang kekasih , dan dialah yang membuatku menyadari. Menunggu itu tidak enak, apalagi orang yang kita tunggu gak pernah mencoba untuk meraih kita.sungguh menyakitkan. Mungkin arya sama sepertiku, menjalani semuanya tetapi tidak apa yang dia inginkan. *** Tiba-tiba saja ponselku bergetar ternyata tlp masuk . “halo?natasya?Sya, hari ini arya mau pulang.” “pulang?” ternyata sms itu berasal dari sari yang juga teman baikku “iya pulang, padahal dia baru sebentar di jakarta. Malah belom sempet kangen-kangenan kan sama lo? Eh tapi gak deh lo berdua kan udah sama-sama punya pacar. Tapi gue sih yakin pasti lo berdua masi saling ngarepin iya kan?” “gak usah nyindir gitu deh sar.” “haha.. iya maaf” sari tertawa pelan “oh iya , lo tlp gue Cuma mau ngasi tau kalo dia pulang?’’ “yaa.. gue sedih banget dia hars pulang dan katanya gak akan balik lagi.” Deeegggg........... tiba-tiba saja air mataku mulai jatuh perlahan setelah mendengar kabar itu dadaku terasa sesak dan saat ini sulit untuk bernafas “syaa?” panggilnya “natasya? Lo gak apa-apa kan? Diem aja?” ‘’eh iya sorry apa tadi yang lo bilang, gue gak denger.” “arya mau pindah dan tinggal di lampung selama 3 tahun. Dia gak akan balik lagi dan pastinya rumahnya yang disini mau di kontrakin.” “apa?” “iya bener, eh udah dulu yaa byee.. Sari mengakhiri percakapannya , aku tak mengerti dengan semua ini.. lagi-lagi arya pergi dan ninggalin aku untuk kedua kalinya, tapi ini berbeda dia gak akan kembali. Ini semua tak mungkin. Ku putar lagu pasto aku pasti kembali, dan lagu itu yang menjadi lagu kita berdua dulu. Teringat aku dan arya sering menyanyikan lagu itu berdua.. di pekarangan sekolah sambil memainkan gitar Reff : aku hanya pergi tuk sementara.. bukan tuk meninggalkanmu selamanya.. aku pasti kan kembali, pada dirimu.. tapi kau jangan nakal, aku pasti kembali.. aku pasti kembali......... *** Pukul 06.00 pagi, Aku terbangun dari tidurku, aku tak bisa berhenti menangis tadi malam, mungkin sebabnya mataku sembab dan layu seperti ini. aku tak mengerti mengapa aku menangisinya. Aku tak mengerti apa yang ku tangisi. Cintanya? Ataukah karna arya yang ingin pergi? Entahlah..aku tak mengerti..Seharusnya aku seneng arya pergi dan gak akan kembali lagi, tapi apa nyatanya? Aku malah seperti ini, seharusnya aku sadar aku sudah mempunyai seseorang kekasih begitupun arya.... Aku juga tak mengerti perasaanku gelisah tadi malam, tadi malam aku juga melihat arya tapi aku , aku tak ingat dia ada di mimpiku? Atau dia datang tadi malam. Yang ku ingat dia datang memakai baju putih dan dia tersenyum padaku, dia memegang tanganku dan berbisik. Jangan sedih, karna arya akan selalu ada dihati kamu. Dan kamu selalu ada di hati arya.. mungkin arya gak akan pernah kembali. Dret..dret.. hp ku berdering, ternyata ada tlp dari eza aku pun cepat-cepat mengangkatnya.. “sya, udah bangun??’’ “ada apa?gue baru aja bangun.” “lo udah tau kan arya pergi?” “iya , gue udah tau dari sari dia yang ngasih tau gue kemaren malem.” “suara lo kenapa?” Mungkin suaraku begini adalah efek tangisanku tadi malam , aku tak bisa tidur.. hanya arya yang aku fikirkan tadi malam. “hah? Suara gue? Gpp, gue lagi sakit tenggorokan biasalah radang. “bohong, lo pasti abis nangis ya?” “enggak.” Aku memang berbohong sama eza, karna aku tak ingin kawatir. “ada apa tlp gue pagi-bagi begini? Tumben?’ “iya, gawat sya penting gawat. Arya barusan aja masuk rumah sakit.” “apaaa?” aku tersentak kaget dan mataku kini sudah tak mengantuk lagi “iya udeh lo cepetan mandi. Cepet nanti lo gue anter kerumah sakit gue jemput.” Aku segera mengakhiri tlp, aku bergegas untuk mandi. Dan setelah aku selesai mandi, dan siap untuk berangkat , tiba-tiba saja terdengar bunyi motor depan pagar rumahku, ku lihat dari jendela ternyata itu eza, aku cepat keluar dan pamit tidak sempet sarapan pagi “za, ceritain ke gue plis.” “udah cepet naik , nanti gue ceritaiin di jalan.” Aku segera naik dan meninggalkan rumah. Aku pergi dengan hati yang cemas, selama di perjalanan aku hanya diam dan diam. ‘’sya, jangan diem aja .” “jelas aja gue diem.” ‘‘ini adalah bukti kalo lo masih sayang banget sama arya, iya kan?” “gak. Gue Cuma khawatir” kataku ngeles “Khawatir? Kalo lo Cuma kawatir, gak akan lo mau pagi-pagi kaya gini disuru kerumah sakit buat liat keadaan arya, padahal lo sendiri udah punya cowok. Tapi lo sendiri malah ngawatirin arya di banding cowok lo” “jelasin ke gue kenapa arya?” Hening........ aku tak mengerti kenapa suasana menjadi hening.. keadaan pagi yang dingin ini menusuk tubuhku “eza?’’ panggilku “eza, arya kenapa?’’ panggilku sekali lagi cemas “dia... dia.. “ “dia? Dia kenapa zaa.” Eza tak juga menjawabnya, setelah setengah jam di perjalanan, tak terasa kita sudah sampai dirumah sakit. Setelah eza memarkirkan motornya, aku dan eza langsung pergi menuju ruang kamar tempat arya dirawat. Aku dan eza melihat teman-temanku sudah rame dan berkumpul di ruang kamar arya, aku tak mngerti mereka semua menangis sampai isek-isekan. Apa yang terjadi? Aku tak mengerti . tiba-tiba saja ditengah kerumunan mereka yang sedang menangis, aku melihat seseorang memakai baju putih keluar dari arah pintu kamar rumah sakit tempat arya dirawat. Aku diam dan tak menghampiri seseorang itu. Ku lihat eza sudah tidak ada disampingku. Aku seperti mengenalnya, wajahnya pucat, lesu, dan dia tersenyum kepadaku. Dia itu arya? Apa dia itu arya? Dia tersenyum padaku? Tapi aku heran mengapa mereka semua masih menangis? Sedangkan arya? Dia baru saja kluar dari arah pintu dan tersenyum padaku.... tiba-tiba saja saat aku ingin menghampiri seseorang itu, seseorang itu hilang? Hilaaaang????? Iya, tiba-tiba saja hilang. Aku tak mengerti kemana bayangan itu pergi. “natasyaaaa..... “ tiba-tiba ici menghampiriku dan memelukku “ada apa? kok lo nangis?” tanyaku heran, ici masih saja menangis di pelukanku “arya syaaa... arya.....gue gk percaya dengan semua ini, padahal waktu kemaren kita abis ngmpul bareng.. gue gsk percaya!” “arya kenapa? Dia baik-baik ajakan? Barusan gue liat dia keluar kamar dan dia senyum sama gue, tapi anehnya dia langsung pergi dan hilang gitu aja pas gue mau nyamperin dia.. yaa.. barusan .” kataku polos tak mengerti “apa? “ ici menatapku “iya seius gue gak boong tuh barusan dia kesana” aku menunjukkan ke arah bayangan itu pergi “arya itu udah gak ada natasya, dia pergi ninggalin kita semua.. bukan untuk pergi dan tinggal di lampung, tetapi dia pergi untuk selamanya.” “gue gak ngerti, jelas-jelas gue barusan liat dia.” “ikut gue,” di tariknya tanganku masuk ruang kamar arya “lihat,dia udah gak ada, gue gak sanggup dengan semua ini.” “aryaaaaa... aku menghampiri arya yang terbaring lemas dan kaku, juga pucat dan tangannya begitu dingin.” “arya, bilang ke gue kalo ini gak bener. Aryaaa buka mata lo, bilang kalo ini gak bener. Kenapa lo gak mau buka mata lo , aryaaa plis.” Aku tak bisa menahan tangis “arya, plissss arya gue mohon, jangan ninggalin natasya dengan cara seperti ini natasya gamau ditinggal arya, natasya sayang banget sama arya. Arya bilang, kalo ini bohong, tangan arya dingin banget, arya sakit? Arya kedinginan? Tadi arya baru aja senyum ke natasya aryaaa bangun.” Saat itu aku tak bisa menahan tangis, tangan arya saat itu dingin banget semua itu bisa ku rasakan. Tetapi dokter langsung membawanya, ku lihat terakhir kali arya tersenyum padaku, ini mimpi? Katakan ini mimpi padaku. “natasya?’’ seseorang menarik tanganku, entah itu siapa dia langsung memelukku “ikhlasin dia natasya, dia udah gak ada jangan menangis terus, ikhlasin dia.” Aku tak bisa menahan tangis, aku sekarang rapuh, aku tak bisa apa-apa dengan kenyataan pahit ini. batinku “ikhlasin dia natasya, ini semua demi kebaikannya.” Aku masih terhanyut dalam susana dan juga didalam pelukan seseorang itu, ketika aku membuka mata ternyata seseorang itu adalah aka, pacarku yang juga ada disana.. menyaksikan itu semua “ayok kita keluar, aka jelasin semuanya.” Teman-temanku masih saja menangis, dan juga ku lihat eza sepertinya dia juga sangat terpukul. Aku mengerti perasaan eza, dan juga teman-temanku semuanya. Ternyata, aka membawaku ke kursi taman belakang rumah sakit. “aka udah denger semuanya sayang.” “maafin natasya, maafin natasya.” Kataku pelan “gk usah minta maaf, justru aka yang minta maaf sama kamu. Mungkin kalo kamu denger ini semua kamu nantinya bakalan benci dan marah sama aka, pacar kamu.” “kenapa kamu ngomong gitu?” tanyaku tak mengerti “kamu tau? Kamu ingat 6 bulan yang lalu pas arya pergi ninggalin kamu tanpa pamit?” “iya aku ingat?” “dia itu pergi ninggalin kamu karna dia sakit, bukan karna dia sekolah di pesantren juga. Dia Cuma nyari alesan yang masuk akal.Selama itu dia pergi untuk berobat kesana-sini. Tapi itu semua gagal. Pengobatan itu sempat berhasil, tetapi tidak berlangsung lama.” Hening..... aka melanjutkan ceritanya “selama dia pergi untuk tinggal di lampung, dia bilang kalo dia pindah ke pesantren.. padahal tidak sayang.. dia pergi bersama orang tuanya untuk berobat. Dia punya penyakit jantung. Kemaren pas kamu main sama dia sama teman-teman kamu ,mungkin saat itu keadaan arya sudah pulih tetapi , arya drop dan harus pulang dan pindah ke lampung selama 3 tahun untuk menjalani pengobatan. Orang tuanya arya terpaksa pindah kesana, karna tidak mungkin bolak-balik dengan kondisi arya seperti itu lampung-jakarta itu lumayan jauh.” “selamaya 6 bulan, arya menitipkan kamu ke aku. Karna aku sahabat baik arya sejak kecil. Hanya aku yang tau tentang penyakitnya,selain keluarganya sel. Maafkan aku, natasya... seharusnya dari awal aku jujur sama kamu. Pas kita jadian tanggal 26 kemarin, arya mengetahui kabar itu. Awalnya aku gak enak sama dia, tapi aku bener-bener sayang dan tulus sama kamu itu semua aku lakuin untuk ngejagain kamu. Pas arya tau kita jadian, dia pesen sama aku , supaya kamu suatu saat nanti dia udah gak ada, kamu harus bisa ngikhlasin dia. Ini semua demi kebaikannya natasya.ini semua udah ada yang ngatur” “Tadi aku juga menemaninya sbelum ajal menjemputnya. Dia berpesan padaku sayang, katanya dia minta maaf sama kamu dan teman-teman kamu juga. Karna dia gak mau buat kamu sedih juga semuanya. Tadi aku juga udah cerita ke semua teman-teman kamu dan tadi aku suruh eza jemput kamu. Maafin aku terlambat ngasih tau kamu.” Tangisku semakin tak terkendali, aku tk bisa menahan semuanyaa.... ini semua telah berakhir, dan akupun kini harus membuka hatiku untuk orang lain “ aku gak marah sama kamu, aku juga ngerti kalo misalnya aku ada di posisi kamu saat itu. Aku ikhlasin , walaupun aku masih sakit dan sangat terpukul.” “ya, seharusnya kamu bersikap seperti itu sayang, itu semua udah tuhan yang atur. Kita sebagai umatnya hanya bisa sabar, ikhlas, dan menerima.” Tuhan... jika ini semua sudah menjadi jalan takdirku,aku ikhlas Tuhan... Tabahkan aku , berilah tempat yang nyaman disana buat Arya Tuhan... Sayangi dia, dan meskipun Arya sudah tidak ada di dunia ini. tapi aku masih tetap menyayanginya... sampai nanti ku menutup mata... SELESAI cerpen ini di peroleh dari: http://cerpen.gen22.net/2012/08/cerpen-cinta-sedih-semua-tentang-kita.html

Kamis, 20 November 2014

Akhir Rasa Ini

Happy Reading.........


“Angel” teriak seseorang yang membuat Angel bergidik ngeri hampir satu tahun orang itu mengejar Angel tapi angel selalu bersikap acuh sudah berulang kali juga orang itu menyatakan perasaannya tapi di tolak mentah-mentah oleh Angel, orang tersebut berlari menghampiri Angel sesampainya disana dia langsung memberikan senyuman manis nya sehingga menimbulkan lesung pipi di kedua pipinya
“Ngel bareng ke kelas yuk” ajak orang itu
“ish apaan sihh lo, udah berapa kali gue bilang gue ogah jalan bareng lo sana jauh-jauh dari gue” ucap Angel dengan nada tak suka tapi itu tak membuat orang itu beranjak dari tempatnya dia sudah terbiasa diperlakukan begini oleh Angel bahkan lebih dari ini
“Angel sayang kan abang Gilang udah bilang walaupun Angel mengusir dengan cara kasar pun aku gak akan pernah menjauh dari hidup kamu princess”
“heh sekali lagi lo panggil gue dengan sebutan sayang lo akan tau akibatnya, ngerti” ucap Angel lalu pergi meninggalkan Gilang sendirian, bukan Gilang nama nya kalau dia menyerah dia lalu berlari mengejar Angel yang sudah lumayan jauh darinya.

Aditya Gilang Perdana yang kerap disapa Gilang, cowok yang selalu berusaha mendapatkan hati sang pujaan hati nya siapa lagi kalau bukan Qeila Angelica dia sudah lama menyukai angel tapi angel tak pernah membalas perasaannya walaupun begitu dia tetap berusaha dari cara yang biasa sampai hal terkonyol sekalipun.

Kelas XII IPA2

Suasana kelas XII IPA2 ricuh bagaimana tidak Gilang cowok tadi berusaha merayu Angel dengan berbagai gombal membuat Angel gerah, ingin sekali rasanya Angel mencekik Gilang sampai mampus namun Angel masih punya perasaan untuk membunuh Gilang dengan tangannya sendiri

“Angel kamu tau gak persamaan kamu sama hujan?” tanya Gilang dengan nada menggombal
“sama-sama menyejukkan hatiku hehe”
“heh cowok sengak sudah berapa kali gue bilang sama lo, pergi dari hidup gue gerah tau gak, selama gue sekolah disini hidup gue gak pernah tenang gak di sekolah gak di rumah lo selalu aja ganggu hidup gue” cerocos Angel, yap selain di sekolah Gilang selalu mendatangi Angel ke rumah nya tiap sore dan mama Angel selalu menerima Gilang karena menurut nya Gilang anak nya baik.

Flashback on

Gilang memarkirkan motor ninja nya di depan rumah mewah bercat putih dia turun dan melangkahkan kakinya menuju pintu utama sesampainya disana dia langsung memencet bel, pintu rumah terbuka menampakkan gadis cantik siapa lagi kalau bukan Angel


“selamat sore Angel, nih buat kamu” ucap Gilang sambil menyerahkan coklat dan boneka stich
“mau ngapain lagi sih lo datang ke rumah gue, gak puas lo ganggu hidup gue di sekolah? Apa urat malu lo itu udah putus ya dasar cowok gak tau diri” ucap Angel tepat di depan muka Gilang
“kan udah gue bilang Ngel sampai lo belum menerima cinta gue, gue gak akan berhenti mengejar lo” ucap Gilang tersenyum sambil menyerahkan barang yang ia bawa tadi, Angel menerima pemberian Gilang membuat Gilang tersenyum namum senyum Gilang langsung pudar begitu melihat barang yang ia bawa tadi di buang oleh Angel ke tong sampah
“itu tempat yang cocok untuk barang pemberian lo” ucap Angel sengit

Mama Angel yang mendengar keributan diluar langsung menuju pintu dimana ada Angel dan Gilang sesampainya disana mama Angel tersenyum melihat Gilang
“loh Angel, kok gak disuruh masuk sih temannya” ucap mama Angel lembut
“gak usah ma, ngapain sih suruh masuk tamu tak di undang mending suruh pulang aja, sana lo pulang aja”
“Ngel gak boleh gitu yang nama nya tamu itu harus di hormati, yaudah nak masuk” nasehat mama angel sambil mengajak Gilang masuk kedalam rumah
“mmm gak usah tante Gilang langsung pulang aja Gilang baru ingat kalau ada janji sama mama hari ini”tolak Gilang, sebenarnya itu hanya alasannya saja
“yaudah Gilang pamit dulu ya tante, Ngel” ucap Gilang lalu meninggalkan rumah itu

Selepas kepergian Gilang Angel melangkahkan kaki nya kedalam rumah, ia lalu berjalan menuju lantai atas tapi di urungkan niatnya itu ketika mendengar nama nya di panggil oleh seseorang siapa lagi kalau bukan mama nya, ia lalu berjalan ke arah mama nya
“mama nggak suka ya kamu bicara tidak sopan seperti tadi, kamu membuat mama malu”
“mama please deh kalau orang yang di harapkan sih no problem ma, Angel akan bertutur kata yang baik tapi kalau dia sih ish malas banget”
“ANGEL... siapapun tamu nya kamu harus bersikap sopan apalagi itu teman sekelas kamu, mama kasih tau sama kamu jangan sampai suatu saat nanti kalau dia telah pergi kamu menyesal” ucap mama nya lalu meninggalkan Angel sedangkan Angel hanya melongos mendengar ucapan mama nya “gue bakalan nyesal kalau tu cowok pergi? Sekalian aja menghilang di bumi ini biar gue tenang” ucap Angel lalu berjalan menuju kamarnya di lantai dua

FLASHBACK OFF

Kini murid IPA2 tengah belajr bu winda guru matematika menerangkan materi tentang logaritma di depan ia tahu murid nya kurang suka dengan pelajaran tersebut sehingga ia berinisiatif memberikan mereka kerja kelompok
“nah anak-anak, seperti hari-hari sebelumnya ibu akan membagi kan kalian kelompok, satu kelompok terdiri dari 4 orang bagi yang merasa nama nya di panggil langsung duduk di meja dan di ikuti oleh yang lain” bu winda langsung menyebutkan nama murid tersebut ada yang bersorak gembira adapula yang memprotes




Gilang sedang mempersiapkan semua rencana nya yang telah disusun rapi sejak kemarin dia di bantu oleh sahabat nya Andrea Bagaskara yang biasa disapa Bagas, sebenarnya bagas tidak ingin membuat sahabat nya terlalu mengejar hati seseorang yang sudah membuat perasaan sahabatnya terlalu sakit tapi jika dia tidak membantu gilang tidak akan pernah mau berteman dengannya lagi. Semuanya selesai gilang lalu mengambil sebuket bunga dan sebuah pengeras suara

“SEMUANYA GUE ADITYA GILANG PERDANA COWOK KECE SEANTERO SEKOLAH” ucap Gilang yang hanya disoraki oleh siswa yang berkumpul di lapangan
“hello ngaca dong sudah jelas-jelas cowok kece yang bisa disebut most wandet boy disekolah ini Cuma Bagas, Difa dan Rafli. Ngaca dong lo itu gak ada apa-apa nya di banding mereka bertiga. Mereka jago basket, nyanyi, sepak bola sedangkan lo? Gak ada apa-apa nya” celoteh seorang perempuan yang bernama Michel, Gilang hanya membalas nya dengan senyuman

“gue Gilang disini gue Cuma mau menyatakan perasaan gue pada seseorang gue udah jatuh cinta sama dia sejak dia menginjakkan kaki di sekolah ini, tentu kalian sudah tau kan siapa cewek tersebut? QEILA ANGELICA GUE CINTA SAMA LO, LO MAU GAK JADI PACAR GUE”

Angel yang sedang berjalan bersama ketiga sahabatnya berhenti ketika mendengar nama nya disebut oleh seseorang dia lalu berlari ke arah suara tersebut sesampainya disana dia langsung berdiri di depan tepat di arah tempat Gilang berdiri, Gilang melihat sang pujaan hatinya berdiri di hadapannya akhirnya menurunkan alat pengeras suara tersebut dan berjalan kearah Angel.

“sejak melihatmu hati ku bergetar tak menentu, di dekatmu jantungku berdetak dengan kencang, tak melihatmu ada sesuatu yang hilang di diri ini, kau mengubah hidupku, kau membuat hidupku lebih berwarna, kau mengajarkanku arti cinta awalnya ku tak mengerti apa itu cinta tapi ketika kau hadir aku baru tahu cinta itu apa, kamu tau arti cinta pada pandangan pertama? Ya aku jatuh cinta pada pandangan pertama. So would you be my girlfriend? Jika kamu menerima cintaku kamu maju mengambil bunga ini tapi jika kau menolak kau boleh mundur” ucap Gilang, Angel hanya memberikan senyuman termanisnya dia melihat ke arah sahabat-sahabat nya lalu melihat ke arah sahabat Gilang –Bagas-, Angel lalu berjalan lebih mendekat ke arah Gilang dia berdiri di depan Gilang sambil menyunggingkan senyumannya perlahan Angel mengangkat tangannya dan mengambil sebuket bunga di tangan Gilang membuat orang yang berada disitu di buat terkejut oleh perbuatan Angel barusan,

“Ngel lo serius terima Gilang?”

“lo lagi gak amnesia kan?””

Beberapa pertanyaan dari teman teman nya membuat Angel menambahkan senyumannya dia melihat ke arah Gilang yang sudah tersenyum

“well, bunga nya udah gue terima tapi sorry lo bukan tipe cowok gue dan ini gue kembalikan bunga nya” ucap Angel lalu mengembalikan ke tangan Gilang senyum bahagia yang sedari tadi terukir di bibir nya berganti dengan senyum miris

“ingat ya ADITYA GILANG PERDANA lo punya kaca kan di rumah? Lo ngaca tuh di depan kaca lo itu gak ada apa-apa nya, lo hanya cowok biasa yang sedang berusaha mendapatkan sebuah bintang yang bersinar paling terang di angkasa sana tapi gak kesampaian karna lo gak punya keahlian utuk mendapatkan bintang tersebut” ucap Angel lalu pergi meninggalkan tempat itu baru beberapa langkah sebuah suara menghentikan langkahnya

“gue tau Ngel tipe cowok yang lo mau kayak gimana, pintar di bidang akademik maupun non akademik kan? Terutama basket, sepak bola, nyanyi dan jago alat musik. Gue tahu semua kriteria cowok yang lo impikan selama ini, ingat ya Ngel Kalau lo belum tau siapa gue sebenarnya gak usah terlalu menjudge gue kayak gitu. Ini hati Ngel bukan kertas yang bisa lo hancurkan dalam waktu sedetik” ucap Gilang lalu meninggalkan Angel yang diam mematung, baru kali ini dia mendengar ucapan Gilang yang begitu menohok

“tuhan kenapa begitu sakit?” gumam angel yang hanya bisa di dengar oleh diri nya sendiri

“terkadang orang baru menyadari semua perkataannya itu setelah mendengar ucapan yang lebih dari yang dia ucapkan”ucap Bagas lalu meninggalkan Angel yang masih diam mematung mencerna semua perkataan Gilang dan Bagas

Di tempat lain Gilang merenung semua yang dia lakukan hampir setahun, ketika dia melihat Angel dia sudah jatuh cinta yah cinta pada pandangan pertama. ketika dia mengejar Angel, menyatakan perasaannya, mendengar semua ucapan pedas yang keluar dari mulut perempuan itu, ketika dia menolong Angel tapi langsung di tolak oleh Angel. Kenapa? Kenapa Angel selalu menolak apa yang di lakukan oleh Gilang padahal niat Gilang baik kenapa Angel begitu tak suka dengannya? Segitu burukkah Gilang dimata Angel?
Gilang menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil memejamkan mata nya, apa dia harus lanjut atau mundur untuk mendapatkan Angel? Ini terlalu sulit bagi nya otaknya menyuruh untuk mundur tapi tidak dengan hatinya, Ia menghembuskan nafasnya secara perlahan kalau boleh memilih lebih baik dia tidak pernah mengenal Angel daripada harus menghadapi dua option yang sangat sulit untuk di pilih

“gue udah bilang sama lo berulang kali lebih baik lo mundur dan lupain perasaan lo untuk dia masih banyak cewek lain yang mau sama lo, Angel Cuma lihat lo dengan sebelah mata aja dia gak tau yang ada dalam diri lo” ucap Bagas dan duduk di samping Gilang

“seandainya lo memperlihatkan kemampuan lo di sekolah ini lo pasti terkenal melebihi gue dan yang lain Lang, lo itu pintar Lang dan kemampuan non akademik lo udah gak dapat di ragukan lagi. Lang gue ini sahabat lo dari kecil please perlihatkan kemampuan lo, gue gak mau lo terkenal di sekolah ini hanya karna sifat lo yang bandel tapi buatlah diri lo itu terkenal dengan prestasi, lo gak usah menutupi semua bakat yang lo punya. Apa lo gak malu selalu di tegur hampir semua guru? Hampir semua guru disini gak suka sama lo Lang, waktu itu gue gak sengaja lewat depan ruang guru mereka membahas tentang lo hampir aja lo di keluarin di sekolah ini” jelas Bagas, ucapan Bagas yang terakhir membuat Gilang kaget luar biasa jadi dia hampir di keluarin di sekolah ini?

“gue gak mau Gas di deketin sama orang Cuma karna bakat gue, gue pengen mereka tulus berteman dengan gue. gue udah trauma waktu SMP gue keluarin semua bakat yang gue punya banyak yang berteman dengan gue, tapi ketika gue terjatuh mereka seakan lenyap di dunia ini gue gak mau kejadian seperti dulu terulang lagi, biarkan gue begini adanya cukup lo dan keluarga gue yang tau kemampuan gue”

“tapi Lang...”

“sekali gak tetap gak Gas, gue lebih baik hidup sendiri di dunia ini daripada harus hidup bersama dengan orang yang gak pernah tau arti tulus itu apa” ucap Gilang lalu meninggalkan Bagas sendirian di dalam kelas

“gue harap lo sadar lang apa yang lo lakuin ini salah, gak mungkin kejadian waktu lo SMP dan SMA bakalan terulang lagi” ucap bagas lalu meninggalkan kelas tersebut untuk berlatih basket karena besok akan ada pertandingan antar sekolah

@lapangan basket

Bagas, Difa, Rafli dan yang lainnya telah berkumpul di lapangan basket saat ini mereka sedang mendengarkan arahan dari sang pelatih terlihat mereka mengangguk tanda mengerti apa yang di ucapkan oleh pak Duta sang pelatih

“kalian harus ingat pertandingan akan dilaksanakn besok jadi kalian harus benar-benar fit jaga kesehatan kalian untuk sekarang kalian latih ringan saja bapak akan tetap memantau kalian. Semangat” ucap pak Duta dan meninggalkan mereka menuju pinggir lapangan. Di bangku penonton pun sudah penuh walau pun Cuma berlatih ringan saja siswa SMA PERSADA tetap menonton di bangku penonton sana terlihat Gilang menonton latihan dia tersenyum melihat perkembangan sepupu nya itu, tidak sia-sia dia mengajarkan Bagas akhir-akhir ini. Bagas yang tidak sengaja melihat kearah penonton tepatnya ke arah gilang tersenyum dia melihat gilang mengangkat jempolnya dan ia membalas dengan anggukan. Bagas semakin semangat untung saja dia meminta di ajarkan oleh gilang beberapa teknik yang belum dia kuasai . awalnya gilang menolak karena saat itu gilang sedang belajar dan membantu sang papa mengerjakan beberapa berkas Bagas berusaha membujuk Gilang dengan wajah memelas sampai akhirnya Gilang menyanggupi untuk melatih Bagas. Gilang masih tersenyum sampai suara seseorang membuat senyuman itu hilang

“duh iri ya lihat yang lain bisa main basket?” sindir Angel cs

“gue gak iri kok Ngel gue justru bahagia melihat kemajuan tim basket sekolah ini”

“hello tau apa lo tentang basket? Drible bola aja gak bisa gak usah sok deh jadi orang” ucap Chelsea dan Marsha

“tau kan pepatah gak usah menilai suatu barang dari sampul nya saja? Mending kalian tarik kembali ucapan kalian itu sebelum kalian tau yang sebenarnya” ucap Salma membuat Gilang dan Angel cs menatap kearahnya

“maksud lo apa?”

“suatu saat kalian akan tau maksud ucapan gue barusan”

Mereka kembali menonton latihan tersebut tapi tidak bagi Gilang dia masih belum mengerti ucapan Salma barusan, dia masih menatap ke arah salma membuat Salma risih. Gilang lalu menarik tangan Salma menuju tempat yang jauh dari hiruk pikuk penonton

“lo bisa jelasin gak maksud ucapan lo barusan?”

“ simple kok gue pernah lihat lo main basket di salah satu club terbesar di jakarta ini” bisik Salma membuat Gilang terkejut

“jadi udah tau kan? Dulu gue pernah menghina lo tapi setelah lihat kemampuan lo ternyata lo lebih hebat dari mereka yang termasuk di club basket sekolah ini, seharusnya lo malu Lang menyembunyikan bakat lo itu, kalau gue jadi lo pasti gue akan memperlihatkan apa yang gue bisa. Permisi gue mau pulang”

Back to lapangan basket

Para pemain sudah beristrahat mereka sedang minum melepas dahaga disampingnya sudah ada pacar mereka, Cindai me-lap keringat yang ada di dahi dan pelipis Bagas

“gimana kaki lo gak terlalu parah kan?” tanya Rafli

“iya Gas ingat pertandingan nya besok, kita bertanding dengan musuh bebuyutan kita” ucap difa

“gue gak tau guys kaki gue masih sakit banget kayaknya kalian bermain tanpa gue deh besok”

“apa? Gak gak bisa gas lo penyelamat kita, gak ada lo kita pasti kalah telak”

“gue yakin tanpa adanya gue sekolah kita pasti menang”
“karena Gilang lah yang akan mengganti posisi gue besok” lanjutnya dalam hati

skip

Ke esokkan harinya semua yang berada di lapangan pusing memikirkan kondisi Bagas termasuk pak Duta dan kepala sekolah, bagaimana tidak anak emasnya yang sering membawa harum nama sekolah tidak akan bisa mengikuti pertandingan hari ini karena kaki nya sudah di gips kata dokter yang menangani Bagas kemarin kakinya sedikit retak sehingga kaki nya harus di gips dan melarang untuk melakukan hal yang membahayakan dirinya. 10 menit lagi pertandingan akan dimulai tapi mereka belum ada solusi

“bagaimana ini pak Duta, siapa yang akan menggantikan Bagas?” tanya pak Jo

“saya juga bingung pak masalahnya tidak ada yang bisa menggantikan posisi bagas, posisi yang saya bagikan itu sudah pas dengan kemampuan mereka”

Lima menit telah berlalu tapi sampai saat ini tidak ada satu solusi pun apa meraka menyerah begitu saja? Tidak itu bukan solusi

“sudahlah pak Jo pak Duta anak emas kalian sudah cedera tanpa Bagas sekolah kalian tidak ada apa-apa nya” ucap pak Raffi

“untuk kedua tim silahkan masuk ke lapangan karena pertandingan akan segera di mulai” ucap wasit

Bagas mengedarkan pandangannya kenapa disaat seperti ini Gilang tidak ada? Ahh Bagas jadi menyesal harusnya dia tidak pura-pura begini, teriakkan wasit meminta satu orang pemain terdengar ia melihat guru nya begitu cemas. Bagas mendorong kursi roda nya memasuki tengah lapangan membuat semua orang terkejut, dia mengambil sebuah pengeras suara dari salah satu panitia

“GUE ANDREA BAGASKARA BAGI SIAPAPUN YANG MERASA BERNAMA ADITYA GILANG PERDANA SILAHKAN DATANG KE LAPANGAN BASKET SEKARANG” ucap Bagas membuat semua yang berada di lapangan terkejut, mereka bertanya untuk apa Gilang di panggil? Untuk menggantikan Bagas? Yang benar saja

“LANG GUE TAU LO ADA DI SEKITAR INI GUE MOHON SAMA LO PLEASE. LO SEPUPU GUE YANG BAIK PLEASE DATANG KE LAPANGAN” lagi lagi ucapan Bagas membuat semua orang terkejut Bagas dan Gilang sepupu? Bagas menundukkan kepala nya ternyata Gilang tidak akan pernah datang kesini, Bagas menangis karena tidak berhasil membujuk Gilang untuk datang ke lapangan

“GUE BENCI SAMA LO LANG LO PENGECUT, MULAI SEKARANG JANGAN PERNAH LO MENGHADAPKAN MUKA LO KEARAH GUE, GUE MUAK LIHAT MUKA SEORANG PENGECUT” ucap Bagas lalu meninggalkan lapangan tapi ada sesuatu yang menahan kursi roda nya

“udah puas maki-maki gue? udah puas lo sekarang?” tanya Gilang marah “ngapain lo nyuruh gue datang kesini lo mau mempermalukan gue karena gue gak bisa bermain basket itu yang lo mau? Sepupu macam apa lo yang tega mempermalukan sepupu nya sendiri? Gue kecewa sama lo Gas, fine lo nyuruh gue main basket di hadapan semua siswa SMA PERSADA dan SMA PEMBANGUNAN” ucap Gilang di belakang Bagas, Bagas belum membalikkan badannya. Semarah itu kah Gilang?
Gilang melangkah lebih dekat ke arah Bagas sekarang dia berdiri tepat di depan bagas, Bagas belum menyadari kalau Gilang memakai kostum basket

“gue akan lakuin permintaan lo karna ini permintaan lo yang terkahir ke gue” ucap Gilang membuat Bagas mendongakkan kepala nya

“maksud lo?”

“nanti lo bakalan ngerti kok” ucap Gilang mendorong kursi roda bagas ke pinggir lapangan setelah itu dia kembali bergabung dengan teman-temannya di tengah lapangan, Gilang tersenyum penuh arti membuat semua orang ingin bertanya tapi ada seseorang yang menatap lekat kearah nya seorang siswa SMA PEMBANGUNAN sedari tadi menatap ke arah nya ketika Gilang menatap ke arah lawannya dia terkejut melihat seseorang dan orang itu pun  terkejut melihat Gilang

“kak Gi..lang” ucap orang yang sedari tadi menatap Gilang dengan gugup sekaligus terkejut

“tamat dah riwayat gue”ucap Gilang dalam hati

“lo kenal dia Zaid?” tanya salah satu temannya dan di angguki oleh yang lain

“dia wakil ketua di club basket veronica guys”

Ucapan Zaid membuat semua orang terkejut, wakil ketul di club veronica? Club terbesar di jakarta yang sangat sulit di tembus oleh orang-orang karena harus mengikuti tes yang super ketat dan Gilang salah satu bagian dari club tersebut membuat semua orang menatap Gilang dengan pandangan tak percaya mereka masih gak nyangka orang yang selama ini mereka anggap remeh ternyata memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang basket

“Cuma mau kasih tau Gilang Aditya Perdana udah bukan bagian dari club veronica, dia udah mengundurkan diri dari club tersebut kemarin” ucap seseorang siapa lagi kalau bukan ketua club veronica –Farel­- ia lalu memberikan surat pernyataan mundur Gilang pada Gilang membuat Gilang tersenyum
Setelah itu kedua club tersebut bermain saling memperebutkan si bundar, Gilang bermain sangat bagus sekali membuat semua orang terkejut melihat gaya permainann gilang yang jauh dari kata bagus entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan gaya permainan gilang, pak duta selaku guru olahraga tidak menyangka jika ada salah satu murid nya bisa bermain sehebat ini. Angel dkk hanya bisa melongo melihat gilang memasukkan bola ke ring, three point yeah sedangkan bagas tersenyum
“akhirnya gak sia-sia gue pura-pura sakit lang, see lo lihat sendiri kan bagaiman terkejutnya semua orang melihat permainan lo” ucap Bagas dalam hati
Beberapa menit kemudian permainan pun berakhir SMA PERSADA menang telak melawan SMA PEMBANGUNAN semua nya bertepuk tangan dan meneriaki sekolah kebanggaannya lagi dan lagi menang melawan SMA PEMBANGUNAN. Pak duta menghampiri Gilang yang sedang minum

“Gilang” panggil pak duta, merasa nama nya terpanggil Gilang menoleh dan tersenyum melihat pak duta
“kenapa kamu merahasiakan ini semua nya?”
“saya punya alasan tersendiri pak dan juga saya udah gak mau bermain basket lagi udah capek pak hehe”
“sayang sekali kalau kamu harus berhenti, tapi itu adalah keputusan kamu bapak tidak bisa menahan kamu dan memaksa kamu untuk bergabung bapak Cuma mau menyampaikan terima kasih karena sudah memberi kemenangan bagi sekolah kita”
“jangan terima kasih ke saya doang pak, yang main adalah tim tanpa mereka saya gak bisa apa-apa, oh iya pak saya mau ijin mau pulang pak”
“iya, tapi kamu masih ingat kan tradisi sekolah kita?” tanya pak duta gilang hanya mengangguk “bapak harap kamu bisa datang nanti malam ya”
Setelah mengangguk tanda setuju gilang langsung meninggalkan lapangan dan balik ke rumah ada hal yang lebih penting lagi walaupun berat ketika meninggalkan lapangan tersebut

Malam nya di aula SMA PERSADA

Seluruh siswa tidak ingin meninggalkan moment ini termasuk angel dkk mereka terlihat cantik malam ini mereka tengah membahas pertandingan tadi pagi mereka tak menyangka orang yang selama ini mereka hina ternayta memiliki bakat yang luar biasa dalam bermain basket sepertinya ucapan salma kemarin benar mereka harus menarik ucapan nya. Orang yang sedang mereka bahas tiba-tiba muncul dengan pakaian yang cukup santai kemeja biru di lipat sampai siku, celana jeans dan rambut yg tidak di tata dengan baik yah siapa lagi kalau bukan gilang di samping nya ada bagas tidak jauh beda sama penampilan gilang Cuma beda nya bagas menata rambut nya dengan rapi

“malam guys” sapa bagas duluan karena tidak ada tanda-tanda mau menyapa duluan
“ngel gue boleh ngomong sebentar sama lo gak? 5 menit aja” pinta gilang pada angel sedangkan angel hanya diam sampai chelsea menyikut sedikut lengan angel menyuruh angel untuk mengiyakan permintaan gilang akhirnya angel mengangguk dan berjalan duluan menuju tempat yang agak sepi

“lo mau ngomong apa? Kalau lo mau minta gue harus muji lo karena permainan basket lo sorry gak sudi gue” gilang hanya tersenyum menanggapi ucapan angel
“bukan kok ngel gue gak berharap dapat pujian gue Cuma mau bilang gue mundur untuk mengejar lo” ucap gilang membuat angel terkejut tapi dengan cepat angel menyembunyikan rasa terkejutnya
“lo benar gue hanya cowok biasa yang sedang berusaha mendapatkan sebuah bintang yang bersinar paling terang di angkasa sana tapi gak kesampaian karna gue gak punya keahlian utuk mendapatkan bintang tersebut, lo benar banget ngel seharus nya dari awal gue sadar diri gue siapa lo siapa, jadi mulai malam ini gue nyatakan mundur dan berhenti mengejar lo tapi ijinin gue untuk memasangkan ini buat lo untuk yang terakhir kali nya” gilang lalu mengeluarkan sebuah kalung yang berliontin kupu-kupu berwarna biru di tengahnya
“boleh kan ngel?” tanya Gilang sedangkan angel berusaha menahan tangis nya entah kenapa dia merasa malam ini adalah malam terakhirnya bisa bertemu gilang, angel hanya mampu mengangguk gilang lalu memasangkan kalung tersebut dan berbisik
“tetaplah tersenyum kejar cinta lo jangan pernah mengeluarkan air mata lo untuk hal yang gak berguna dan untuk orang yang gak pantas untuk di tangisi, gue pamit ngel. I LOVE YOU NOW, TOMORROW AND FOREVER” gilang lalu meninggalkan angel sendirian di tempat itu setelah jarak angel dan gilang lumayan jauh angel tidak mampu lagi menahan tangis nya kata-kata gilang begitu menyakiti hati nya ia baru menyadari suatu hal. Tepukan di pundak nya mengagetkan nya ia mendongak dan melihat sahabat-sahabatnya menatap sendu ke arahnya

“gue...”
“gak ada yang perlu lo sesali lagi ngel semuanya udah selesai gilang sudah menyatakan berhenti lo telat menyadari perasaan lo” ketika angel hendak mengeluarkan suara nya suara keributan di luar membuat nya penasaran
“eh ada apa kok ribut?” tanya marsha ketika melihat salah satu nya melewati nya
“itu sha gilang ketabrak ketika dia jalan menuju parkiran”

DEG
Angel buru-buru berlari dia berusaha menerobos orang-orang yang sedang mengelilingi seseorang, angel hanya mampu terdiam melihat seseorang yang di penuhi darah di kepala nya buru-buru angel berjongkok dan menyanggah kepala seseorang itu dengan paha nya air mata nya sudah tak mampu lagi dia tahan dia gak kuat
“gilang bangun lang jangan tinggalin gue, lang bangun tadi lo Cuma pamit berhenti mengejar gue tapi kenapa lo pamit untuk meninggalkan gue untuk selama-lama nya”
“GILAAAAAANNNNGGG” teriak angel berharap ini hanya halusinasi nya saja

Ke esokan hari nya semua sudah berkumpul semua nya menangis tidak menyangka teman yang selalu mereka kucilkan karena tidak memiliki bakat apapun ternyata memiliki segudang bakat yang ia sembunyikan harus pergi lebih dulu menghadap tuhan terlebih lagi bagas dia tidak menyangka kemarin adalah permintaan terakhir nya yang telah di kabulkan oleh gilang begitu pun kedua orang tua gilang pupus sudah harapan mereka untuk menyuruh gilang melanjutkan perusahaan gilang anak tunggal. Angel hanya menatap sendu gundukan tanah itu dia buru-buru meninggalkan tempat itu dia tidak sanggup.

Sesampainya di rumah angel membanting seluruh yang ada di kamar nya dia menyesal telah menyia-nyiakan gilang selama ini dia di butakan oleh kebencian sehingga tidak pernah menyadari ada sesuatu yang tumbuh dan sekarang setelah orang itu [ergi dia baru menyadari nya, menyesal? Tentu tapi dia bisa apa? Apa menyesal bisa membuat orang yang telah pergi bisa kembali? Angel hanya bisa menangis menangis dan menangis bayang-bayang gilang yang mengejarnya muncul

“Gue suka sama lo, lo mau gak jadi pacar gue?”
“Ngel ke kelas bareng yok...”
“Pagi ngel udah sarapan belum? Nih aku bawain bekal buat kamu supaya kamu gak sakit lagi”
“ngel gue boleh ngomong sebentar sama lo gak? 5 menit aja’’
“bukan kok ngel gue gak berharap dapat pujian gue Cuma mau bilang gue mundur untuk mengejar lo”
“lo benar gue hanya cowok biasa yang sedang berusaha mendapatkan sebuah bintang yang bersinar paling terang di angkasa sana tapi gak kesampaian karna gue gak punya keahlian utuk mendapatkan bintang tersebut, lo benar banget ngel seharus nya dari awal gue sadar diri gue siapa lo siapa, jadi mulai malam ini gue nyatakan mundur dan berhenti mengejar lo tapi ijinin gue untuk memasangkan ini buat lo untuk yang terakhir kali nya”
“tetaplah tersenyum kejar cinta lo jangan pernah mengeluarkan air mata lo untuk hal yang gak berguna dan untuk orang yang gak pantas untuk di tangisi, gue pamit ngel. I LOVE YOU NOW, TOMORROW AND FOREVER”

 Angel memegang kalung yang di beri gilang tadi malam hanya itu ya hanya itu kenangan dari gilang sisanya telah dia buang di tempat sampah tiap kali gilang memberi nya
“gue kangen lo, lo lagi ngapain disana? Pasti udah nemuin kebahagiaan lo ya?”
“kok lo tega sih ninggalin kita semua, cepat banget lo pergi nya” ucap angel seakan gilang ada di hadapan nya, mama angel dan teman-teman nya tidak tega melihat angel seperti itu bi inah selaku pembantu rumah angel membawa sebuah kardus besar
“itu apa bik” tanya mama angel
“ini barang pemeberian den gilang yang selalu non angel buang nyonya”
“yasudah biar saya yang membawa n nya” mama angel pun masuk ke kamar anak nya dia menyimpan kardus di samping angel membuat angel menoleh menatap ke arah kardus itu dia menatap mama nya dengan pandangan bertanya mama angel hanya tersenyum lalu menyuruh angel membuka kardus itu buru-buru angel membukanya dan dia terkejut melihat barang yang pernah di kasih gilang ada di hadapannya

“mama------“
“bik inah mengambil kembali setiap barang yang kamu buang” seketika angel kembali histeris dan memeluk kembali setiap barang yang di kasih oleh gilang
“gak ada yang perlu di tangisi sayang semua nya sudah terjadi dari sini kamu belajar menghargai apa yang diberikan oleh orang, sekecil apapun yang diberikan orang harus kamu hargai walupun kamu tidak menyukai orang itu”
“inti nya sekecil apapun usaha dia kamu harus tetap menghargai nya, mudah memang jika kita melihat nya tapi terasa sulit jika di lakukan” ucap mama angel lalu meninggalkan angel yang mencerna setiap ucapan mama nya, angel berjalan ke arah balkon dan menatap langit dia tersenyum seakan bisa melihat apa yang ingin dia lihat

“dari sini angel belajar semuanya, terima kasih selama ini kamu telah membuang waktu mu dengan percuma hanya untuk angel, terima kasih atas barang yang pernah kamu kasih ke angel, terima kasih atas seluruh pengorbanan kamu selama ini angel janji angel akan selalu menghargai apa yang di lakukan orang itu pada angel, menerima setiap pemberian orang”

2 tahun kemudian

Angel terlihat buru-buru dia melirik ke arah jam tangan nya dia sudah terlambat 5 menit dia harus buru-buru karena terlalu terburu-buru angel menbarak seseorang, dia mendongak dan melihat seorang pemuda tampan dengan bola mata hitam kecoklatan

“GILANG.....”

TAMAT

Minggu, 09 November 2014

Senyum Terindah Untuk Riko

"Viaa.." Panggil seseorang dari belakang. sebut saja Riko

Riko adalah sahabat sekaligus pacar Via. Ganteng, cool, dan mungkin yang membuat seluruh cewek tertarik adalah rambutnya yang JIPRAK, dia juga tinggi, putih and PINTAR. Via adalah anak dari pengusaha kaya. Via adalah pacar Riko. Dia sedikit tomboy, dengan rambut pendeknya, dia juga sama dengan Riko, tinggi dan putih.

“eh kamu rik, ada apa kangen ya?” Godaku.
“ihh, Ge-eR banget sih kamu” kata Riko pura-pura cuek
“oh, jadi gak kangen ya sama aku?” balasku, dengan murung
“ya kangen lah, siapa sih yang gak kangen sama kamu” kata Riko, sambil mencubit kedua pipiku
“aww, sakit tau!!” kataku sedikit kesakitan dan memegang kedua pipiku yang merah akibat cubitan Riko
“wkwkwk, kamu sih gemesin” balas Riko tertawa melihat ekspresiku yang menurutnya LUCU
“auu ahh” kataku sedikit ALAY

Tiba-tiba saja pandanganku kabur. aku tak sadarkan diri.

“Via.. vi, kamu kenapa? vi, bangun vi!” kata Riko sambil menggoyang-goyangkan tubuhku yang tergeletak lemah di tempat tidur UKS.

Via, ya. dia mempunyai suatu penyakit yang tak ada seorang pun yang tahu, kecuali ibunya. Bahkan ayah dan Riko pun tak tahu tentang penyakit Via. Via sering jatuh pingsan dan mimisan.

Aku berusaha sedikit membuka mata, dan akhirnya aku berhasil.

“Vi, kamu udah siuman?” Kata Riko sambil menggenggam tanganku erat. tampaknya dia sangat khawatir dengan keadaanku.
“Aku dimana ko?” tanyaku
“kamu di UKS, kamu pingsan tiba-tiba saat kita berjalan tadi” kata Riko menjelaskan.

Aku berusaha mengingat apa yang terjadi, namun NIHIL, kepalaku sakit untuk mengingat semua itu.

“ko, maafin aku ya, udah buat kamu repot” kataku membalas genggaman tangan Riko
“engga vi, itu semua udah tugas aku sebagai pacar kamu” kata Riko sambil menatapku serius
“aku sudah membaik, sebaiknya kita pulang” ajakku pada Riko
“kamu yakin ingin pulang?” tanya Riko meyakinkan
“iya” aku mengangguk
“baiklah” kata Riko sambil membantuku bangun dari tempat tidur menyebalkan itu.

Hari ini, adalah hari Minggu, aku dan Riko sudah berjanji untuk pergi ke taman.
Tinn.. Tin… bunyi klakson sepeda motor Riko sudah berbunyi. Sepertinya dia sudah datang. aku sengaja menyuruhnya untuk naik motor, karena aku lagi BM (bad mood) untuk naik mobil. aku segera turun dan menghampiri PANGERAN’ku itu.
“Pagi bidadari cantik” sapanya
“Pagi pangeran kece” balasku sambil mengedipkan sebelah mataku padanya
“Sudah siap untuk hari ini?” tanyanya lagi dengan membalas kedipan mataku.
“Siap dong, Lets GO” kataku sambil menaiki motor besarnya itu. Ku harap sesuatu buruk tak terjadi.
“Yuhuuuiii…” Soraknya seru!



“Vi, kita cari tempat duduk aja yuk” ajak Riko, saat dia selesai memarkir motornya.
“ayo deh.” kataku, mengiyakan ajakannya

Setelah menemukan tempat duduk yang tepat, aku dan Riko pun memulai pembicaraan. Walaupun sudah lama pacaran aku dan Riko masih belum handal untuk memulai suatu pembicaraan. Waktu santai lebih banyak kami habiskan dengan berdiam diri, saling menatap, dan menggenggam satu sama lain.
“eh ada ice cream tuh” kata Riko, menunjuk ke tempat penjual ice cream itu berada. Nampaknya dia mulai bosan dengan keadaan yang bungkam ini.
“ehm terserah kamu aja deh ko” Jawabku
“ya udah yuk!” ajak Riko. Dia segera menggandeng tanganku dan menarikku ke tempat penjual ice cream itu.

Aku dan Riko berjalan menuju penjual ice cream itu. Kami berdua memang suka sekali makan ice cream, setelah membeli 2 ice cream, kami berdua kembali ke tempat duduk.
“enak ya ice creamnya” kata Riko, sambil tersenyum padaku.
“iya enak banget” jawabku, sambil membalas senyumannya.
“Vii…” kata Riko menatapku serius.
“ada apa ko?” tanyaku heran
“kamu sakit?” tanyanya tiba tiba, yang sontak membuatku kaget!
“haa? e.. eng.. enggak kok” Jawabku sedikit berbohong, tak mau orang yang di depanku ini ikut merasakan betapa perihnya sakit ini. Cukup aku yang tau ya! begitu pemikiranku.
“emm, emang ada apa?” sambungku
“darah… hidung” katanya sambil menunjuk hidungnya sendiri.
Ku lihat dia segera mengambil tisu di dalam tasnya dan mengelap darah yang keluar itu dengan sangat hati-hati.
“Vii, tolong ya, jujur sama aku, kamu sakit apa?” tanyanya mengulang pertanyaan yang tadi.
“ko, mungkin aku cuma kecapekan aja, kamu lihat sendiri kan, akhir-akhir ini tugasku menumpuk, ya jadi mungkin faktor kecapean aja” Jawabku meyakinkan Riko
“ehmm, udah deh ko, kamu gak usah terlalu banyak mikir. Aku gak papa kok, kalau aku sakit aku pasti bilang sama kamu. udah, jangan khawatir lagi ya..” kataku lagi, sambil memegang kedua pipi pria yang ada di depanku ini.
Ku lihat raut wajah khawatir yang tak dapat disembunyikannya itu.
“Hhh.. ya udah lah, kalo kamu sakit bilang aku ya..” katanya.
“pasti.” jawabku singkat sambil mengacungkan kedua jempolku.
“pulang yuk,” ajaknya tiba-tiba
“loh? kok mendadak gini sih, jalan-jalannya gimana?”
“kapan-kapan aja ya, lagi gak enak badan nih,”
“yaelahh, ya udahlah, Yuk,” ajakku menarik tangannya dan segera pergi.
‘aku yakin via, kamu pasti sakit’ batin Riko
“hey jangan ngelamun aja dong!. yuk pulang” kataku membuyarkan lamunannya. aku tahu dia pasti memikirkanku,
‘maafin aku ko, aku belum bisa jujur sama kamu saat ini’ batinku
“iya sayang”

Motor besarnya pun kembali melaju. Aku merangkul pinggangnya, ku sandarkan kepalaku di pundaknya. Aku ingin membahagiakannya saat ini, sebelum bumi menelanku.

Sesampainya di depan rumahku, dia mengecup keningku dan langsung melaju pergi begitu saja. TANPA SATU KATA PUN. Aku segera berlari menuju kamarku, tak kuhiraukan suara Ibu yang berteriak memanggilku. Segera kututup pintu itu, ku kunci, dan mengambil buku diary kecil dalam laci belajarku.

Dear diary,
apakah aku jahat?
sejahat apakah diriku ini?
orang sebaik Riko pun aku bohongi
aku yakin, hanya aku orang paling jahat di dunia ini

Aku menghentikan untuk menulis diary dan segera mengambil kertas untuk menuliskan sebuah surat untuk Riko. Entah sampai kapan aku akan menyembunyikan ini darinya.

Esoknya…
“Viaa..” suara itu lagi, suara hangat yang selalu ingin kudengar. Riko. orang itulah yang mempunyai suara hangat ini.
“hay ko, gimana tugasnya? udah selesai?, kalau belum sini aku bantuin”
“udah kok vi, makasih. Tapi vii.. kamu sakit? kok wajah kamu pucat gitu?” Tanya Riko heran
“sakit? egak kok, aku baik-baik aja. Mungkin aku make bedaknya kebanyakan. Hehehe” candaku
“egak vi, aku tahu kok bedak itu gimana, dan ini sama sekali bukan warna bedak. Kamu kan juga pernah bilang ke aku, kalo kamu gak pernah pake bedak.” Katanya yang langsung membuatku bungkam.
“tuh kan Riko, kamu itu berlebihan tau gak?, aku gak papa ko, kamu dari kemarin curiga banget sih. Udah yuk ke kelas.” ajakku untuk mengalihkan perhatiannya.
“Vii, pliis, kamu jujur sama aku, kamu sakit apa? parah? sampai kamu gak mau bilang ke aku.” Katanya menghentikan langkahku, dia memegang pundakku dan menatapku tajam, seolah aku tak bisa bohong lagi. Aku mengalihkan tatapanku darinya, aku benar-benar tak tahu apa lagi yang harus kulakukan sekarang.
“Koo, plis, cepat atau lambat kamu akan tau semuanya” jawabku berlari menuju kelas dan meninggalkannya sendiri yang masih mencerna kata-kataku



“apaaa? viaa masuk rumah sakit? Iya tante, Riko segera kesana. Baik tan” Riko langsung menancap gasnya ke rumah sakit yang disebutkan oleh Tante Nia, ibu Via.

Sesampainya di rumah sakit, Riko sedikit berlari menuju kamar 203 yang dismskan oleh tante Nia.
“gimana tan? Via udah siuman?” Tanya Riko menghampiri Tante Nia yang sedang duduk diluar.
“hiikkss… penyakit Via udah stadium 5 ko, tante gak tau lagi mau gimana. Kata dokter, umur Via udah gak panjang lagi, dan yang paling tante sedihkan, umur Via udah gak sampai 24 jam ko.” Tangis tante Nia semakin menjadi-jadi. Riko heran, stadium 5? apa maksudnya? Via kan gak sakit.
“tunggu tan, Riko mau tanya, sebenarnya Via sakit apa?” tanya Riko
“jadi Via belum bilang kekamu?” tanya tante Nia heran. Beliau kemudian menghapus air matanya dengan punggung tangannya dan mengalihkan pandangan tajamnya menuju Riko
“bilang? bilang apa tan?, Via gak pernah bilang apa-apa kok ke Riko” kata Riko heran.
“jadi.. Via menderita kanker otak. Dia menyembunyikan penyakit ini dari kamu dan papanya. Tapi beberapa hari yang lalu, tante udah nyuruh Via buat bilang ke kalian berdua, dan tante pikir kamu sudah tau Riko..” kata tante Nia. Air matanya kembali membasahi pipi mulus pemiliknya.
“jadiii…?” gumam Riko panjang.



“Rikoo.. Via sadarrr..” teriak seorang ibu dari dalam ruang inap itu. Yang dipanggil pun segera masuk dan memeluk mesra seseorang yang bernama Via itu.
“Vii, kenapa sih kamu nyembunyiin ini dari aku.. kenapa kamu gak bilang ke aku dari awal Vi?” todong Riko pada Via yang saat ini tergeletak lemah di atas kasur menyebalkan menurutnya.
“aku cuman gak mau buat kamu repot ko, aku gak mau buat kamu sedih. Cukup aku yang merasakan ini semua.” Kata Via lemas.
“tapi vii, aku gak sanggup buat kehilangan kamu. Jangan tinggalin aku ya vi” pinta Riko. Via tidak menjawabnya. Via langsung menoleh pada ibunya.
“maaa, Via ke taman dulu ya sama Riko.” Pinta Via pada ibunya.
“tapi vi, kondisi kamu lagi gak baik.” Kata tante Nia, cemas.
“pliss ma, bentaar aja.” Kata via lagi.
“baiklah, ko hati-ati ya..” kata tante Nia pada Riko
“baik tante” jawab Riko



“kenapa sih kamu minta kita ke taman?, kondisi kamu kan masi belum membaik vi.” Kata Riko saat mereka telah berada di taman.
“aku hanya ingin meninggalkan dunia di tempat terindah dan bersama orang yang kusayang..” kata Via, menatap Riko. Riko pun berjongkok menjajarkan dirinya dengan kursi roda Via.
“Vi, apapun yang terjadi itu udah takdir Allah, kita gak bisa ngerubah segalanya. Aku tahu vii, kamu pasti kuat.” Kata Riko menyemangati Via.
“Ko, aku udah gak kuat ko, hidupku di dunia udah cukup ngebuat orang di sekelilingku susah. Aku kasihan sama mereka ko.” Kata Via, air mata pun mengalir dari kelopak mata indah milik Via.
“vii, udah dong, kamu gak usah nangis. Kamu gak cengeng kan. Kamu kuat vii..” sahut Riko.
“koo, tolong sebutin permintaan yang kamu mau dari aku sebelum aku pergi.” Kata Via
“Sstt, jangan ngomong gitu dong vi.”
“koo, plis sebutin aja..” pinta Via, memelas pada Riko yang telah menggenggam erat tangannya..
“hhh…” Riko menghela nafas lalu menuruti apa yang diperintahkan Via.
“aku gak mau apa-apa vi dari kamu. Aku Cuma butuh senyum terindah dari kamu itu aja” kata Riko.
“aku akan ko, aku akan senyum seindah mungkin.” Kata Via, menangis dan menunjukkan senyum terindah yang dimilikinya. Beberapa menit kemudian, Via sudah tidak ada. Riko menangis dan berteriak meneriakkan nama Via..

END

Minggu, 26 Oktober 2014

CEMBURU ITU MENYAKITKAN

Aku menatap sepucuk surat yang sejak tadi siang diberikan padaku oleh wali kelasku. Perasaanku penuh dengan rasa senang dan bangga, aku harap orang tuaku juga seperti itu saat membaca isi dalam surat ini. Aku baru saja menjadi juara lomba melukis se-kotamadya dan aku akan maju tingkat se-Jakarta. Aku berharap dengan cara ini, aku sudah mendapatkan sedikit perhatian dari mereka.
Jujur saja, aku merasa tersingkirkan oleh saudara kembarku. Mama dan papa lebih memperhatikan Karina dibandingkan aku. Aku selalu berpikir dengan perbedaan perhatian yang mama dan papa kasih pada kami berdua karena Karina itu lebih cantik, berhati begitu lembut, lebih cerdas, dan dia seorang selebritis yang sedang naik daun. Dan aku berbeda jauh darinya. Meskipun wajah kami mirip, tetap saja kecantikanku tak seberapa dengan kecantikan Karina. Aku ini begitu tomboy, berbeda jauh dengan saudara kembarku yang begitu lembut dan manja. Aku juga tidak secerdas dia, aku hanya memiliki seperempat kecerdasan yang dia punya. Tetapi kalau sudah soal gambar dan melukis, aku jagonya. Buktinya, aku ditunjuk sekolah untuk memenangi beberapa kejuaraan.
Dan karena prestasi dan keseharian kami berbeda, aku bersekolah di SMA Cindera yang tak begitu keren dari sekolah Karina. Dia bersekolah di SMA Sentra Internasional School.
“Aku yakin, pasti kali ini papa dan mama mau datang ke lombaku satu minggu yang akan datang nanti,” kataku sendiri sambil tersenyum senang.
Aku berdiri dari ranjangku, lalu membuka pintu kamar dan berjalan keruang tengah. Disana sudah terlihat papa dan mama yang sedang istirahat sambil menonton televisi. Gerak jalanku semakin semangat saja, kali ini mereka berdua saja tanpa ada Karina yang selalu membuatku sakit hati.
Aku mengambil duduk tepat ditengah mereka berdua.
“Eh, anak papa belum tidur?” sahut papa.
Aku menggelengkan kepala. “Belum, Pah. Oh iya, aku mau kasih surat ini ke kalian,” ujarku lalu memberikan surat itu pada papa. “Aku kemarin menang lagi lomba melukis. Dan aku akan maju ke tingkat yang lebih tinggi. Aku ingin kalian datang ke lombaku nanti. Itu saat-saat terindahku,”
Mama menarik nafas pelan lalu mengelus lembut rambut panjangku yang begitu lebat. “Mama senang sekali kamu bisa menang, Kirana. Kapan acaranya?” ujar mama senang.
Aku tersenyum lebar. “Satu minggu lagi, ma,” jawabku semangat.
“Satu minggu lagi? Berarti itu hari Kamis?” lanjut papa dengan alis yang mulai mengkerut.
“Memangnya kenapa, pa?”
Mama memegang tangan kiriku dengan kedua tangannya. “Kir, kita pasti akan usahakan datang ke lomba itu dan memberi support untuk kamu. Yasudah, kamu tidur gih sana. Ini sudah malam, besok pagi kamu kan harus sekolah,” suruh mama.
Aku mengangguk pelan. “Aku tidur dulu yah pa, ma.” Sahutku, lalu bangkit dan berjalan menuju ke dalam kamar.

***

Esoknya, siang ini rumah begitu sepi. Aku menaruh tasku diatas sofa, lalu ke dapur. Disana terlihat bibi sedang asyik mengiris bawang merah untuk makan siangku. Begitulah kegiatan yang terjadi dirumah saat aku sudah pulang sekolah. Hanya terdengar suara gemericik air dibelakang.
“Bi, mama nemenin Karina lagi?” pertanyaan yang selalu aku lontarkan saat rumah sepi.
Bibi berhenti melakukan aktivitasnya sejenak. “Iya, Non. Non Karina kan hari ini ada syuting iklan terbaru, Non.”
Kenapa sih harus dia terus yang menjadi perhatian? Setiap aku ada lomba aja, mama nggak pernah tuh nemenin aku. Aku ngambil hasil raport aja harus sama bibi. Mama selalu membuat alasan. Dan alasannya itu pasti Karina, nggak ada yang lain. Aku benci Karina! Sampai kapanpun aku tak bisa memaafkan dia!
Aku langsung lari masuk kedalam kamarku, lalu kukunci pintunya. Aku duduk dibelakang pintu sambil menangis dengan sekeras-kerasnya.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriakku. “Kenapa selalu dia? Kapan aku? Aku nggak pernah mendapatkan itu semua. Yang aku ingin sekarang hanya perhatian kalian aja! Aku nggak butuh yang lain!” ujarku lirih sambil terisak-isak.

***

Sarapan pagi ini sama seperti biasanya. Papa, mama, dan Karina asyik berbicang soal kegiatannya dari pagi sampai malam. Dan aku hanya sebagai pajangan belaka. Aku sendiri diam tak berkata. Karina, Karina, dan selalu Karina yang dinomor satukan. Dia selalu diberi vitamin. Sedangkan, aku seperti di tiadakan diantara mereka. Aku hanya dianggap bingkai foto yang tersenyum melihat kebahagiaan mereka.
“Karin, kegiatan kamu hari ini apa saja, nak? Ingat, kesehatan nomor satu,” sahut papa.
“Hari ini aku cuma pemotretan saja kok, Pah. Aku ingat terus kok. Tenang saja, Pah.” Jawabnya sambil memegang sesendok nasi goreng yang akan dimasukkannya kedalam mulutnya.
Aku berdiri hingga kursi yang ku duduki mundur kebelakang, sedikit membuat kebisingan. “Aku berangkat,”
Tanganku tiba-tiba saja dipegang Karina saat aku ingin berbalik, aku langsung berusaha menepisnya.
“Apa?” sahutku singkat tanpa melihatnya.
“Kamu kenapa nggak bareng aku sama mama? Kita kan sudah jarang berangkat bareng lagi sejak kita beda sekolah. Apalagi, sekarang kita sudah jarang sekali berbicara,”
“Nggak usah. Aku bisa kok naik bus,” jawabku kemudian berlalu meninggalkan keluarga yang begitu bahagia jika benar-benar aku tidak ada disana.
Karina berdiri lalu menatap kepergianku. “Kirana, kamu kenapa sih?” tanya Karina sedikit berteriak. Aku tak memperdulikannya dan tetap berjalan keluar rumah.

***

Hari itu tiba, lagi-lagi aku dibuat sedih oleh kedua orang tuaku. Lagi-lagi mereka membuat alasan yang sudah membuat kupingku sakit. Mama, selalu bilang “Hari ini Karin ada syutting, sayang. Mama harus selalu disampingnya. Dia kan masih junior di dunia entertain, jadi dia harus mendapat bimbingan. Mama pasti akan mendoakan yang terbaik untukmu.”. Dan papa, juga selalu bilang “Maaf Sayang, papa nggak bisa datang. Hari ini papa ada meeting, lalu harus menjemput mama dan Karina di lokasi. Lain waktu papa pasti akan usahakana datang ke acara kamu. Semoga kamu menang ya, sayang.”
Semua ini semakin membuatku membenci saudara kembarku itu. Semua perhatian tertuju padanya. Tapi aku masih sedikit bersyukur, karena ada Bi Inah yang selalu menemaniku dan selalu mendengarkan keluh kesahku. Bi Inah begitu mengerti keadaanku. Tapi tetap saja, aku ingin juga mendapat perhatian dari kedua orang tuaku. Tentu saja itu keinginan semua anak sedunia.
“Non, Bibi datang kesini untuk mensupport non Kirana,”
Aku ternganga mendengar suara itu. Dan aku tau benar siapa dia. Aku menoleh kedepan. Aku tak bisa menyembunyikan kesedihan dan keharuanku sekarang. Aku langsung berlari kearah Bi Inah kemudian memeluknya sambil menangis.
“Bi, kenapa sih nggak ada yang peduli sama aku? Kenapa harus selalu Karina yang nomor satu? Aku capek, Bi. Aku pengin dapat perhatian dari mama papa,” curhatku sambil tersedu-sedu.
Bibi mengelus lembut rambutku. “Non nggak boleh ngomong kayak gitu. Kan sekarang sudah ada Bibi. Non jangan sedih lagi yah,”
Aku melepas pelukan kemudian membersihkan kedua pipiku yang sudah banjir akan air mata dengan punggung telapak tanganku.
“Bi, doain aku yah semoga bisa menang di lomba ini. Agar aku bisa membanggakan sekolahku dan...” aku terdiam sebentar. “Dan terutama bisa membanggakan mama dan papa, Bi.”
Bibi menggenggam kedua tanganku dengan senyum terindahnya. “Bibi pasti selalu doain yang terbaik untuk Non. Semoga orang tua Non bisa menjadi seperti yang Non mau. Ya sudah, sekarang Non jangan sedih lagi. Non harus membanggakan semuanya sekarang. Melukis yang indah ya, Non.” Seru Bibi memberiku semangat.
Aku tersenyum. “Terima kasih yah, Bi.”

***

Di lomba itu, aku melukis seekor burung sedang menatap langit begitu indahnya di sebuah dahan pohon. Dilukisan itu aku tambahkan setetes air mata di pinggir kelopak matanya. Aku sengaja menggambar itu. Itu menggambarkan suasana hatiku sejak dulu hingga kini. Seekor burung yang terasa seperti tinggal seorang diri tanpa ditemani siapapun. Kelompoknya tidak ada yang ingin bersamanya, semua menjauh. Dengan perasaan yang begitu sakit, burung itu menuangkan rasa dihatinya dengan tangisan.
Aku tersenyum haru menatap hasil gambarku. Aku berharap sekali, hasil kreasiku ini bisa membanggakan semua orang. Terutama orang tuaku. Aku merindukan sentuhan mereka, aku merindukan pelukan mereka, aku merindukan semua yang mereka berikan padaku dulu kecil. Tak apa kalau aku harus berpanas-panasan ditengah lapangan seperti ini, yang penting aku mendapatkan inspirasi. Dan tak lupa berdoa agar bisa membanggakan semuanya.
Hanya berselang beberapa menit, lomba itu selesai. Tinggal menunggu hasilnya tiga puluh menit kedepan. Aku menghampiri Bibi yang sedang komat-kamit nggak jelas dipinggir lapangan.
Dahiku mengernyit kemudian mengagetkannya dengan menepuk punggungnya. “Hayo, Bibi lagi ngapain? Kok bibirnya komat-kamit gitu? Lagi baca mantra, Bi?” sahutku dilanjut dengan tawa.
“Eh, Non. Ngagetin aja bisanya,” Bibi menepuk tanganku. “Bibi ini lagi doain kamu biar menang. Kali saja mantra Bibi berhasil,” ucap Bibi cekikikan.
“Ah Bibi ada-ada saja. Yaa... semoga saja aku menang, Bi.”
“Harus optimis ya, Non. Bibi saja optimis kalau Non yang akan menang,” Bibi memberi semangat.
Aku tersenyum menatap Bibi. Terima kasih, Bi. Batinku.

***

“Sore ini saya akan mengumumkan siapa pemenang di acara lomba melukis FL2SN se-Jakarta. Baik, saya tidak akan berpanjang lebar. Saya akan mengumumkan siapa juara-juara yang akan melanjutkan lomba melukis Nasional. Pasti kalian sudah tak sabar kan?” cerocos pembawa acara itu.
Aku terus-terusan berdoa agar aku diberikan jalan untuk dapat membawa piala kerumah. Bibi pun juga tak lepas dari komat-kamitnya. Tapi itu tak menjadi masalah bagiku. Karena Bibi berdoa untuk kebaikan diriku.
Semua penonton maupun peserta, wajahnya berubah menjadi tegang.
Pembawa acara itu menatap ke sekelilingnya. “Wah sepertinya semuanya tegang yah! Baiklah akan saya umumkan sekarang juga.” Lelaki itu berdehem. “Juara ketiga adalaahh......” dia berusaha membuat panik semua orang. “Ryan Wardana..”
Orang yang memiliki nama yang baru saja disebutkan langsung melangkah maju ketengah lapangan dengan wajah yang berseri-seri. Semua penonton memberikan tepuk tangan dengan begitu semangat.
“Juara keduanya ialah...” lagi-lagi dia membuat aku dan semua penonton harap-harap cemas. “Gerda Simohang..”
Orang yang namanya baru saja dipanggil itu langsung berlari ketengah lapangan sambil menutup wajahnya yang memerah senang. Penonton membuat kegaduhan dengan tepuk tangan mereka.
Aku makin menekuk wajahku. Aku tak begitu yakin lagi aku akan memenangi ini. Karena aku hanya menggambarkan seekor burung yang tak akan dimengerti oleh orang lain. Aku mulai pasrah jika aku tak dapat memenangi lomba ini.
“Dan.. juara pertamanya adalah...” dia menatap semua penonton dan peserta. Semua peserta keringat dingin menanti siapa sang juara. “Zaina,” ucapannya terhenti saat seorang juri menghampirinya dan membisikkan sesuatu yang tak diketahui semua orang.
Ternyata benar aku gagal hari ini. Aku tidak bisa membanggakan semua orang dan orang tuaku. Aku langsung tertunduk.
“Bi, aku nggak menang. Lebih baik kita pulang,” pintaku.
“Non harus optimis dulu! Allah selalu memberikan keajaiban kepada umatnya. Kalau pengumuman selesai, baru kita pulang,” seru Bibi.
“Wah sepertinya ada kesalahan teknis semua. Saya sebelumnya meminta maaf kepada seluruh peserta dan penonton. Baik, saya teruskan kembali. Juara pertamanya yaitu, Kirana Flarinda,” teriak pembawa acara itu saat memberitakan juara pertama.
Aku mengangkat wajahku kemudian ternganga. Aku terdiam. Bibi melompat kegirangan lalu memelukku.
“Alhamdulillah, Non menang.” Teriaknya senang.
“Mana nih yang namanya Kirana Flarinda?”
Bibi menyenggolku. “Non, maju!”
Aku tersadar. “Eh iya, Bi.” Aku kemudian melangkah ketengah lapangan.
Pembawa acara itu terpanah melihatku, begitu juga penonton. “Hhhmm.. kamu bukannya Karina? Artis yang terkenal itu?”
Aku menarik nafas panjang. Kenapa Karina selalu membuat kekacauan sih?
“Aku Kirana, bukan Karina!” seruku.
Pembawa acara itu mengangguk. Mungkin tak mau aku mengamuk.
Disana para pemenang mendapat piala, piagam, mendali, dan rangkaian bunga. Tetapi aku sudah tidak merasakan kemenangan itu. Bahkan hatiku makin sakit karena Karina anak menyebalkan itu.

***

Ternyata berkat usahaku itu, papa dan mama bisa luluh. Kami sekeluarga pergi bertamasya ke puncak. Tetapi sepertinya semua itu tetap saja percuma dan sia-sia. Mereka tetap memperdulikan Karina dibandingkan aku. Selama diperjalanan, mama, papa dan Karina saling bercengkerama. Dan aku hanya terlihat sebagai patung yang bisa bernafas saja. Walaupun sesekali Karina mengajakku berbicara, tetapi aku selalu menjawabnya dengan jutek. Dan mama selalu marah padaku.
“Kirana, kamu nggak boleh seperti itu sama saudara kembarmu. Diakan tetap saudaramu. Kamu tak boleh memperlakukannya begitu.” Seru mama.
Dan aku hanya diam sejuta kata.
Sesampainya disana, aku makin sakit hati. Ternyata kami bukan bertamasya merayakan keberhasilanku. Tetapi karena Karina ada pemotretan disana. Meskipun malamnya kami ke villa untuk bermalam bersama.
Papa dan mama begitu setia menemani Karina pemotretan. Aku yang hanya ditemani sebatang dahan kayu kemudian pergi dari tempat itu. Menjauh dari mereka. Aku ingin mencari tempat sepi untuk menuangkan semua isi hatiku. Aku berlari sejauh mungkin dengan air mata yang curi-curi kesempatan keluar dari mataku.
Dan akhirnya aku menemukan sebuah tempat yang indah. Diatas sebuah jurang yang tak begitu dalam, aku bisa melihat pemandangan yang begitu indah dari sana. Tetapi yang namanya jurang tetap saja jurang. Aku harus berhati-hati.
Aku duduk dibawah pohon sambil menangis begitu keras. “Kapan mereka berubah? Kapan aku bisa merasakan seperti yang dirasakan Karina? Kapan aku bisa merasakan itu lagi? Aku benci kamu Karina!!” teriakku. “Aku benci ini semua. Aku tak ingin di dunia ini lagi! Kalian bisa lebih bahagia bila tak ada aku,” ujarku lirih.
Aku mendengar ada suara gerak kaki yang akan mendekat, aku mulai menjauh.
“Apa aku punya salah sama kamu sampai kamu membenciku? Maafkan aku Kirana. Aku tak bermaksud mengambil semuanya darimu.” Aku sudah tau pasti siapa dia, Karina.
Aku berdiri lalu berbalik kearahnya kemudian mundur kebelakang.
“Kamu mau ngapain Kir? Kamu jangan nekat seperti itu!” seru Karina yang mulai panik.
“Tanpa ada aku didunia ini, kamu pasti akan lebih bahagia kan? Jadi, lebih baik aku tak ada didunia ini. Aku sudah terlalu sakit hati padamu. Mama dan papa hanya memperhatikanmu. Aku tak pernah mendapatkan itu semua sekarang. Aku yakin, kamu belum puas kalau aku belum mati.”
“Kamu bicara apa sih? Aku tak pernah berfikir seperti itu,”
“Mungkin kamu tak pernah berfikir seperti itu. Tapi itu semua nyata, Kar!” seruku.
Karina berusaha menjangkau ku, tetapi aku semakin menjauh kebelakang. Dan hingga aku terpleset dan jatuh.
“Aaaaaaaaaaaaa...........................”
Tiba-tiba sebuah tangan berhasil menggapai tanganku. Aku menoleh keatas. Jantungku mulai berdebar begitu kencang dari sebelumnya.
“Kirana, kamu pegang tanganku kuat-kuat,” sahutnya lalu berusaha menarikku keatas jurang.
“Kamu lebih baik lanjutin aktivitasmu daripada menolongku. Aku lebih bahagia mati!”
“Kamu nggak boleh bilang seperti itu.”
“Aku capek! Hatiku sudah terlalu sakit gara-gara kamu! Lepas tanganku!” seruku sambil berusaha melepas tanganku dari genggamannya. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa.................”
“Kiranaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...........................”

***

Aku menggerakkan beberapa jariku perlahan.
“Kirana, kamu sudah siuman?”
Aku begitu kenal suara itu. Perlahan aku membuka kedua mataku. Benar saja, aku masih ada didunia menyebalkan ini. Aku fikir, aku sudah di surga. Aku tak perlu merasakan yang namanya sakit hati lagi.
“Kenapa aku masih ada disini?” sahutku pelan.
“Kirana, kamu nggak boleh bicara seperti itu. Aku mau minta maaf sebelumnya sama kamu. Aku sudah merusak kebahagiaan saudaraku sendiri. Kir, kamu mengalami kepatahan pada tangan dan kakimu. Kamu juga mengalami kebocoran di kepalamu, darahnya keluar begitu banyak. Dan kamu harus mendapatkan donor darah. Kamu baru sadar sehari setelah operasi kemarin,” Kata Karina.
Terdengar suara orang membuka pintu. Terlihat mama dan papa datang lalu langsung menyerbuku dan memelukku.
“Kamu nggak apa-apa sayang? Alhamdulillah kamu sudah sembuh,” syukur papa.
Mama menggenggam kedua tanganku kemudian menangis. “Maafin mama, Sayang. Mama tau kenapa kamu bisa begini. Maaf jika mama selama ini selalu mengabaikan kamu. Mama selalu membanggakan saudara kembarmu. Mama mengakui kalau mama salah. Maka dari itu, mama mau minta maaf sama kamu. Mama janji, mama nggak akan ngelakuin itu lagi. Mama akan adil sama kalian berdua. Asalkan kalian bahagia.” Ujar Mama dengan suara purau.
“Papa juga minta maaf sama kamu. Harusnya papa adil sama anak papa sendiri. Ternyata papa selama ini belum bisa menjadi orang tua yang benar untuk kamu. Papa akan berubah untuk kebaikan kita bersama. Tidak ada yang iri dan tidak ada yang merasa dia sendiri. Kita harus kompak,” tambah papa.
Aku mulai mengeluarkan air mata. “Aku kira keadaan ini nggak akan berubah. Aku akan selalu tersingkir,” ujarku sedih. “Ternyata tidak. Aku maafin papa dan mama kok. Aku nggak mau jadi anak yang semakin durhaka. Maafin aku juga yah, Pa, Ma. Selama ini aku belum bisa jadi anak yang baik untuk papa dan mama,” ucapku sambil tersenyum haru.
“Kamu dan Karina sudah menjadi yang terbaik dihati papa dan mama,” jawab mama.
“Kirana, aku minta maaf sama kamu. Aku tau kamu sangat membenciku. Tetapi apakah aku bisa mendapatkan pintu maaf selebar-lebarnya dihatimu? Aku janji, aku akan berhenti menjadi selebritis demi kamu dan kita,” kata Karina.
Aku menggelengkan kepala. “Kamu nggak harus seperti itu, Karina. Kamu harus tetap jaga kariermu. Aku sudah memaafkanmu. Asalkan kita kompak, aku sudah bahagia sekali,”
“Terima kasih, Kirana. Kamu memang saudara kembarku yang paling baik,” ujar Karina kemudian memelukku.
Papa dan Mama tak ketinggalan memelukku. Meskipun rasa ngilu sempat menjalar ditubuhku. Tapi itu tak mematahkan kebahagiaanku sekarang. Sekarang aku sudah mendapatkan keutuhan keluarga. Aku tak merasa sendiri lagi. Aku begitu bersyukur atas keberkahan yang Tuhan beri padaku saat ini. Aku harap kebahagiaan ini takkan berhenti sampai disini.


TAMAT

Jumat, 24 Oktober 2014

Kasih Sayang Bunda




 Bunda. Begitulah panggilan sayangku kepada wanita yang telah mengandungku. Wanita yang mempertaruhkan hidupnya demi aku. Wanita yang rela tidak tidur demi menjagaku. Wanita yang akan terbangun karena tangisku. Wanita yang setiap saat selalu mengkhawatirkanku. Wanita yang memperjuangkan hidup matinya hanya untukku. Wanita yang membesarkanku. Wanita yang setia mendengar keluh kesahku. Wanita yang bahunya selalu tersandar kesedihanku. Wanita yang seorang diri mendidikku. Seorang diri, ya seorang diri. Ayahku telah berpulang ke Rahmatullah ketika aku masih kecil. Dan hingga saat ini bunda tak pernah berfikir untuk mencari pengganti ayah.

“Saat ini hidup bunda hanya untuk putri bunda yang cantik ini”
Kalimat tersebut yang selalu diucapkan bunda ketika ku Tanya mengenai ayah. Kalimat itu yang membuatku bertahan dengan keadaan ini, keadaan yang hanya mempunyai satu orang tua. Dan kalimat itu pula yang membuatku bangga mempunyai orang tua seperti bunda. Bunda pahlawanku. Beliau rela membanting tulang untuk menjadikanku seorang yang berpendidikan. Apapun akan bunda kerjakan asalkan halal. Bunda, Ais sangat menyayangi bunda.


  ** Cerpen Kasih Sayang Ibu : Bunda **

“Assalamu’alaikum” Suara itu terdengar di balik pintu.
“Wa’alaikum Salam” Jawab bunda dari dapur.
"Bunda ke depan dulu ya Ais" Pamit bunda kepadaku yang saat itu juga berada di dapur membantu bunda memasak.

"Iya bunda" Jawabku dengan senyum manja.
Bunda berjalan keluar meninggalkan dapur.
“Bu Risa nak Fikri. Masuk, masuk” Ucap bunda setelah membuka pintu dan melihat seseorang di baliknya.

Ternyata yang datang adalah sahabat bunda dengan putranya.
“Apa kabar bu Risa?” Tanya bunda sesaat setelah mempersilahkan duduk kedua tamu tersebut.
“Alhamdulillah baik bu. Bu Rahmah sendiri bagaimana kabarnya?"
“Alhamdulillah juga bu. Lama nih ibu ndak ke rumah saya. Sudah lupa ya sama saya?”
“MassyaAllah.. ndak mungkin bu, hanya saja rumah saya kan agak jauh dari sini, yang mengantar itu ndak ada. Ini saja kebetulan Fikri ada perlu di daerah sini. Saya minta ikut, sekalian silaturahmi dengan ibu.”
Aku yang berada di dapur segera membuatkan minuman untuk tamu bunda. Setelah selesai membuatnya, segera ku antar kedepan. Saat aku menyuguhkan minuman di atas meja, segera kucium tangan sahabat bunda ini.

“Ini Aisyah putri kecil ibu yang dulu?” Tanya sahabat bunda.
Aku hanya tersenyum mendengarnya, dan kembali ke dapur.
“Iya bu, itu Aisyah yang sering ibu gendong dulu” Jawab bunda.
“Sekarang sudah besar. Cantik dan terlihat sholihah lagi.”
Setelah lama berbicara banyak hal, sahabat bunda berpamitan pulang.
"Saya pulang dulu ya bu Rahmah."
"Iya bu, hati-hati." Jawab bunda dengan ramah.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Bunda kembali ke dapur setelah menutup pintu.

“Aisyah” Panggil bunda lirih.
“Dalem bunda”
“Bu Risa senang melihatmu nak, dan menginginkan Aisyah menjadi menantunya.”
Akupun terkejut mendengarnya.

“Bu Risa mempunyai putra. Namanya Fikri. Dia Sarjana teknik, dan agamanya bagus . Saat ini Fikri mengajar di salah satu SMA Negeri.” Sambung bunda kepadaku.

“Bunda, Aisyah kan belum mengenalnya. Mungkin Fikri juga belum mengenal Aisyah.”
“Fikri sudah mengenal Aisyah katanya. Ia tadi yang duduk di sebelahnya Bu Risa. Fikirkan dulu ya nak, minta petunjuk sama Allah.”
“InsyaAllah bund.” Jawabku dan langsung meninggalkan dapur menuju kamar.

Keesokan harinya aku menemui bunda.

“Bund, Ais mau menerima lamaran itu. Tapi izinkan Ais untuk berta’aruf dulu dengan Fikri.”
“Alhamdulillah. Iya pasti nak.” Jawab bunda senang.
Setelah itu aku dan fikri menjalankan ta’aruf. Pendekatan yang tetap dalam batas-batas islam. Dari ta’aruf itu aku dan fikri saling mengenal sifat satu sama lain. Dan perlahan rasa cinta itu mulai tumbuh untuk Fikri yang sangat penyabar. Selang 3 bulan kami berta’aruf, Fikri melamarku dan setelah itu kami menikah.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aisyatur Rahmah bin Syamsudin dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur’an di bayar tunai"
"Syah.. Syah.."
"Alhamdulillah…"

Jawab semua tamu yang hadir. Wajah bahagia bercampur haru terlihat dari semua undangan. Akupun memeluk bunda yang saat itu berada di sampingku.

** Cerpen Kasih Sayang Ibu : Bunda **

"Bund, Ais ingin bicara sama bunda"
"Bicara apa Ais ?"
"Bund, Kang Fikri di pindah tugaskan mengajar ke Sumatra. Dan itu dalam kurun waktu yang cukup lama. Ais ingin menemani kang Fikri. Tapi Ais ndak mungkin meninggalkan bunda sendiri di sini. Bunda ikut dengan kami ya."

Bunda hanya tersenyum. Aku tak mengerti maksud dari senyuman bunda.
"Aisyah, itu sudah kewajiban Ais sebagai istri untuk menemani kemanapun suamimu pergi nak. Bunda ndak ingin meninggalkan rumah ini. Terlalu banyak kenangan yang tidak bisa bunda tinggalkan di rumah ini"Jawab bunda lembut.

"Bagaimana mungkin Ais bisa meninggalkan bunda di sini sendirian ?"
"Kan ada Allah yang selalu menemani bunda. Ais kan nanti juga bisa telpon bunda dari sana nak"
"Tapi bund…."

"Bunda tidak kenapa-napa Ais. Bunda tidak akan pernah meninggalkan rumah ini. Dan kamu harus mengikuti suamimu” Ucap bunda marah.
Seketika aku terdiam setelah mendengar bunda berkata seperti itu. Bunda pergi meninggalkanku menuju kamarnya.
“ Astagfirullah.. aku telah membuat bunda marah. Maafkan Aisyah bunda” Lirihku.



  ** Cerpen Kasih Sayang Ibu : Bunda **

Hari ini aku dan suamiku harus meninggalkan kota kecilku ini dan meninggalkan bunda.
“Bunda kami pamit dulu. Do’akan kami ya bund” pamit suamiku pada bunda.
Bunda tersenyum dan memeluk kang Fikri.

“Jaga diri baik-baik ya fikri, Bunda titip Aisyah ya” Ucap bunda dalam pelukannya.
Aku memeluk bunda dengan tangisku.

“Bunda baik-baik ya disini. Kalau terjadi sesuatu segera kabari Ais ya bund”
“Beres boss..” Canda bunda, yang berhasil membuatku sedikit tersenyum.
Akupun harus segera pergi.

** Cerpen Kasih Sayang Ibu : Bunda **

Setelah menempuh perjalan yang melelahkan, akhirnya kami tiba di Sumatra. Dan aku langsung mengabari bunda. Dengan nada senang bunda mengucap Alhamdulillah.
Hari-hari pertamaku di Sumatra sangat berbeda. Aku selalu teringat bunda, bunda, dan bunda. Hampir setiap hari dalam bulan pertamaku di sini, aku selalalu menelpon bunda. Hingga suatu hari bunda marah karena tinggahku itu.

"Sampai kapan kamu terus bergantung sama bunda. Kamu harus bisa mandiri tanpa bunda. Jangan nelpon bunda jika tidak ada keperluan ya Ais. Kamu harus fokus sama keluargamu, karena itu kewajibanmu." Ucap bunda di seberang telpon dengan nada sedikit keras dan kemudian telpon itu di tutup.

"Oh Rabb.. lagi-lagi aku membuat bunda marah. Tapi kenapa bunda harus marah dengan sikapku yang terbilang wajar untuk anak sematawayang kepada ibunya ?. mana yang salah dari sikapku. Atau aku memang terlalu berlebihan. Tapi bukankah dulu bunda sangat senang jika aku manja kepadanya. Kenapa sekarang tidak. Apa bunda tidak sayang lagi sama aku ?. YaAllah beri petunjukMu..”

Akupun menuruti semua keinginan bunda untuk tidak ku telpon. Tak bisa ku pungkiri aku sungguh merindukan bunda. Bunda sedang apa di sana, sehatkah bundaku. Makankah hari ini. Oh bunda, andaikan bunda tau Ais di sini sanggat merindukan bunda.

Kring..Kring..Kring..

Telpon rumahku berbunyi. Segera ku berlari untuk mengangkatnya dan berharap itu dari bunda.

“Assalamu’alaikum” Sapaku.
“Wa’alaikumsalam” Jawab orang di seberang telpon.
“Aisyah, ini ibu nak. Kamu sekeluarga sehat?”

Ternyata ibu mertuaku yang menelpon. Ibu memananyakan keadaanku sekeluarga dan memberitahu bahwa bundaku sakit dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.
Setelah mendengar itu semua aku dan suamiku segera terbang menuju tempat bunda. Sesampainya di kampung halamanku, aku segera menuju rumah sakit tempat bunda di rawat. Ketika di rumah sakit aku bertemu dengan ibu mertuaku yang sudah beberapa hari ini menjaga bunda. Segera ku cium tangan mertuaku ini dan memeluknya.

"Bunda hanya kecapekan kata dokter. Darah rendahnya kambuh. Jadi bunda butuh istirahat beberapa hari di sini nak” Ucap ibu mertuaku menenangkanku.
Betapa aku sanggat sedih ketika melihat bunda terbaring lemas di rumah sakit. Ingin rasanya aku segera memeluknya dan menjaganya. Namun bunda di haruskan beristirahat dahulu. Akupun hanya melihatnya dari luar ruangan bunda.

“Sudah sore Ais, ayo kita pulang dulu. Besok pagi kita ke sini lagi” Ajak suamiku.
Akupun mengikuti suamiku untuk pulang kerumah bunda. Pertamakalinya aku menempati rumah ini lagi. Akupun menuju kamar bunda. Seperti biasanya kamar bunda selalu tertata rapi. Kupandangi setiap bingkai foto yang menancap di dinding-dinding kamar bunda yang wana catnya sudah mulai memudar. Terlihat foto pernikahan bunda bersama ayah. Terlihat pula foto ayah menggendong aku saat masih kecil. Tak terasa buliran-buliran air mata membasai pipiku.

Akupun merebahkan tubuhku di tempat tidur bunda. Mengingat masa-masa dimana aku tak bisa tidur jika tidak bersama bunda. Bunda Ais sungguh merindukan semua itu.
Pandanganku tertuju pada buku bersampul merah muda yang ada di meja bunda.

“Buku apa itu?” Lirihku..
Akupun mengambil buku yang sedari tadi membuat aku penasaran ingin membukanya.
Ternyata itu diary bunda. Aku sedikit tersenyum ketika tau kalau bunda juga menulis diary seperti aku. Sebenarnya aku tak mau membukanya. Tapi aku ingin sekali membaca tulisan bunda. Dan akhirnya ku baca buku diary bunda itu.

“Bunda maafkan Ais ya” Gumamku dalam hati.


Dear Allah
Allah.. tolong sampaikan kepada suamiku tercinta ya..

Abi, Hari ini putri kecil kita sudah bisa berjalan. Abi tau ndak, tingkahnya lucu sekali. Umi lagsung memakaikannya sepatu. Andai abi di sini, pasti abi sanggat senang melihatnya. Abi, putri kecil kita ini sanggat pintar sekali. Dia lebih dulu bisa berjalan dari teman-temannya. Mungkin akan lebih pintar lagi jika di sampingnya ada seorang ayah yeng mendampinginya
Abi rindu ndak sama putri kecil kita ?
Abi rindu ndak sama Umi ?
Disini umi dan putri kecil kita sanggat merindukan abi. Umi janji, umi akan mendidik putri kecil kita ini menjadi putri yang sholehah seperti yang abi impikan. Terkadang umi sanggat lelah menjalani semua ini sendirian abi. Namun semua lelah umi hilang ketika umi melihat putri kecil kita. Semoga semua ini menjadi kebahagiaan pula untuk abi di sana.
Salam sayang dan rindu dari Umi untuk Abi

Dear Abi
Abi, Umi harap abi senang di sana. Umi tau dengan umi menulis di kertas putih ini tak akan merubah semuanya. Namun hanya ini yang bisa umi lakukan selain berdo’a untuk abi. Hanya ini yang mampu mengurangi rasa rindu umi kepada abi.

Abi, putri kecil kita hari ini terjatuh dari sepeda. Lututnya berdarah, putri kecil kita terlihat kesakitan abi. Mungkin ini adalah kelalaian umi dalam menjaganya. Maafkan umi ya abi. Andai saja di sini ada abi, mungkin umi tak akan sekhawatir ini.

Oh Rabb.. ternyata bunda selalu menuliskan setiap kejadian yang aku alami di kertas ini. Mungkin itu sebabnya bunda tak pernah menunjukkan raut wajah sedih dihadapanku. Aku melanjutkan membaca isi diary bunda.

Abi, putri kecil kita telah tumbuh dewasa.
Hari ini ia sedang di wisuda abi, umi tak menyangka umi bisa mendidiknya sejauh ini. Putri kecil kita ini sanggat sayang sama umi. Agamanyapun tak kalah hebat dengan umi. Bacaan Al-Qurannya lancar dan merdu.Putri kecil kita ini sudah hafal beberapa juz tanpa umi suruh sedikitpun untuk menghafal. Umi bangga mempunyai putri kecil kita ini. Mungkin jika abi disini, abi pasti juga bangga sama seperti umi.

Abi,
Hari ini adalah hari yang paling umi takutkan. Hari dimana putri kecil kita ini akan menjadi milik orang lain. Abi, umi tak rela, umi tak rela putri kecil kita ini menjadi milik orang. Rasanya baru kemarin putri kecil kita ini bisa berjalan, namun kenapa sekarang sudah sebesar ini. Abi, umi akan sendirian lagi, karena mungkin setelah putri kecil kita ini menikah, dia tak lagi bersama umi dan akan mengikuti suaminya. Jika umi boleh meminta, bawalah umi segera bersama abi di surga. Umi mohon abi. Umi tak sanggup bila harus berpisah dengan putri kecil kita ini.

Tak terasa buliran-buliran air mata ini keluar dan mengalir membasahi pipiku. Aku sedikit tak percaya dengan tulisan ini. Aku tak pernah melihat guratan rasa sedih di wajah indah bunda. Hanya senyum-senyum manis bunda yang setiap hari ku lihat. Apa aku yang terlalu tak peka pada perasaan bunda? Apa aku yang tak pernah peduli dengan perasaan bunda? Apa aku yang selalu sibuk dengan perasaanku sendiri?
Bunda.. maafkan anak bunda ini yang mungkin tak pernah peduli dengan bunda. Robb.. Maafkan hambaMu ini..

Sebenarnya aku tak kuasa untuk membaca lagi isi dari diary bunda. Tapi entah mengapa ada rasa ingin melanjutkan untuk membacanya. Ku usap air mataku dan kulanjutkan membacaku.

Abi…
Hal yang umi khawatirkan kini menjadi kenyataan. Putri kecil kita ini sebentar lagi akan mengikuti suaminya bertugas di luar pulau. Sebenarnya umi tak inggin itu terjadi. Namun itu semua sudah menjadi kewajiban untuk putri kita, dan sudah menjadi kewajiban umi untuk melepasnya. Abi, hati umi sedih ketika umi harus melepas putri kecil kita ini. Sepertinya umi tak sanggup jauh dari putri kita. Umi tahu kalau umi tak boleh seperti ini, tapi umi benar-benar tak mengerti harus berbuat apa.

Robbi.. Bantu hambaMu ini untuk mengikhlaskan putri kecilku. Sadarkan aku jika semua ini adalah titipanMu yang kapanpun Engkau mau mengambilnya, Engkau akan ambil dariku.

Dear putriku..
Bunda sendirian di rumah. Rumah ini semakin sepi saja tanpa adanya Ais putri bunda. Sepi tanpa ada celotehan Ais, sepi tanpa ada gurauan Ais, sepi tanpa ada manjanya Ais, sepi tanpa ada curhatan Ais, sepi tanpa ada tawa senangnya Ais. Bunda rindu dengan celotehan, gurauan, manja, curhatan, tawa senangnya Ais. Mungkinkah ketika Ais kembali, masih ada bunda di sini ? Mungkinkah bunda masih bisa mendengar celotehannya Ais ? mungkinkah bunda masih bisa mendengar gurauannya Ais ? mungkinkah bunda masih bisa merasakan sikap manjanya Ais ? mungkinkah bunda masih bisa mendengar segala keluh kesahnya Ais ? mungkinkah bunda masih bisa melihat tawa senangnya Ais ?

Ais, maafkan bunda nak. Bunda telah marah-marah terhadapmu. Sebenarnya bunda tak kuasa melakukan semua itu. Namun bunda harus melakukannya agar Ais bisa mandiri tanpa bunda. Karena suatu saat akan tiba dimana Ais akan kehilangan bunda untuk selamanya. Jika Ais bertanya apakah bunda merindukan Ais ? Jawabannya adalah sanggat nak. Dan jika Ais bertanya lebih rindu mana bunda terhadap Ais atau Allah ? Bunda dengan yakin akan menjawab Allah. Namun itu semua bukan berarti bunda tak menyayangimu nak. Bunda sanggat menyayangi Ais. Bunda bersyukur Ais telah memiliki pemimpin yang sungguh luar biasa dalam memimpinmu nak. Setidaknya bunda tak perlu khawatir jika bunda telah dipanggil oleh Allah nanti.
Ilahi.. aku ingin mendengar celotehannya, mendengar gurauannya, merasakan manjanya, mendengar curhatannya dan melihat tawa senangnya nanti sebelum ajal menjemputku untuk menghadapMu.

Salam rindu bundamu

Lagi-lagi air mata ini tak bisa ku bendung. Dadaku sesak dengan rasa penyesalan yang tak berarti. Kenapa aku tak pernah merasakan kesedihan bunda? Kenapa aku hanya bisa su’uzhon kepada bunda? Kenapa aku tak pernah peka terhadap perasaan bunda?

Aku terlalu egois dengan perasaanku sendiri. Masihkah pantas kalau aku bilang aku sanggat menyayangi bunda ? padahal sikapku tak mencerminkan itu semua. Oh Ilahi ampuni aku yang terlampau sering membuat sedih seorang yang sanggat menyayangiku itu.

** Cerpen Kasih Sayang Ibu : Bunda **

Pagi ini aku ingin segera menemui wanita yang sangat aku sayangi.
"Bunda…"Teriakku saat masuk ke kamar bunda.
“Salam dulu dong” Jawab wanita yang terbaring di tempat tidur.
“Hehehe… Maaf bunda. Ais terlalu bersemangat. Assalamu’alaikum bundaku sayang’ Sapaku dan langsung memeluk bunda.

"Wa’alaikumsalam anak bunda tersayang."
Jawaban bunda membuat semangatku semakin membuncah. Ini pertama kalinya bunda memanggilku ‘anak tersayang’ pasca ku menikah. Aku sungguh merindukan sapaan itu. Dan tiba-tiba air mata ini kembali mengalir ketika aku masih di pelukan bunda. Bunda yang menyadarinya langsung melepas pelukannya dan bertanya.

"Kenapa anak bunda menangis ?"
"Ais malu bunda. Malu pada diri Ais yang ternyata selama ini hanya memikirkan perasaan Ais sendiri. Ais tak pernah peka dengan perasaan bunda. Ais egois. Maafkan Ais bunda."Tangisku semakin menjadi.
"Eh.. eh.. anak bunda kok cengeng ? Dengerin bunda. Bunda yang seharusnya minta maaf dengan sikap bunda selama ini. Tidak seharusnya bunda bersikap seperti kemaren-kemaren sama Ais. Sikap bunda itu semakin membuat bunda sakit nak. Bunda tak ingin lagi seperti itu. Bunda sanggat merindukan Ais. Bunda ingin selalu di dekat Ais. Ingin selalu melihat senyum Ais. Ingin selalu mendengar curhatan-curhatannya Ais. Pokoknya bunda ndak mau jauh-jauh lagi sama Ais. Setelah sembuh bunda ikut Ais ya nak. Selagi bunda masih diberi nikmat sehat, bunda ingin selalu bersama Ais". Jawab bunda menenangkanku.
Sontak jawaban bunda membuatku sangat bahagia sekali. Akupun memeluk bunda dengan tangis bahagiaku.
“Aisyah sayang bunda”